Penghapusan Premium-Pertalite demi Energi Hijau

12 juta ton karbon emisi berhasil diturunkan dari penggunaan Premium ke Pertalite.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah pengendara antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina, Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Kamis (23/12). Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali mengemukakan rencana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite. Nantinya, hanya akan ada BBM dengan kadar oktan (Research Octane Number/Ron) di atas 91 seperti Pertamax, Pertamax Turbo dan lainnya yang dinilai lebih ramah lingkungan. Foto: Republika/Abdan Syakura
Rep: Fauziah Mursid Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin merespons rencana pemerintah yang akan menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite pada 2022. Wapres menyebut, beberapa alasan dibalik rencana penghapusan Premium ini yakni transisi energi bersih dan efisiensi.


"Itu pertama dalam rangka energi hijau ya, ini juga dan yang kedua tentu juga ada aspek lain efisiensi, tapi yang nomor satu itu," ujar Wapres di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (28/12).

Karena itu, pemerintah akan memulainya pada 2022 yang tinggal menghitung hari. Namun, dia memastikan, akan dilakukan langkah-langkah penyiapan.

"Karena itu kita akan mulai 2022 ini dan secara rinci yang sudah dilakukan, mungkin (akan dijelaskan) Bu Dirut Pertamina," kata Kiai Ma'ruf.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati turut mengamini pernyataan Wapres tersebut. Nicke menjelaskan, rencana pemerintah yang akan menghapus bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Pertamax mulai 2022. 

Nicke menyebut, salah satu alasan penghapusan yakni demi transisi energi bersih. Ini mengacu ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P20/Menlhk/Setjen/Kum1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang.

"Ada ketentuan mengurangi karbon emisi maka direkomendasikan agar BBM yang dijual itu adalah minimun RON 91. Jadi ini dasarnya," kata Nicke saat mendampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (28/12).

Sedangkan Premium diketahui adalah jenis BBM dengan Oktan 89 dan Pertalite beroktan 90. Namun demikian, Nicke mengungkap, dalam implementasi penghapusan BBM Premium ini akan mempertimbangkan aspek keterjangkauan dan kesiapan Pertamina. Menurutnya, ini juga sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

 

 

 

Program Langit Biru. Petugas mengukur emisi kendaraan saat uji emisi. - (Republika/ Wihdan)

Pertalite masih ada di pasaran

"Bapak Presiden sendiri mengatakan bahwa harus melihat juga aspek lain dalam implementasinya, satu adalah mengenai affordability, kedua adalah kesiapan dari supply yang dari pertamina itu sendiri," katanya.

Karena itu, lanjut Nicke, atas izin Pemerintah, Pertamina sudah melakukan program Langit Biru atau transisi energi dari Premium ke Pertalite sejak 2020. Menurutnya, program ini upaya mendorong masyarakat beralih dari Premium ke Pertalite.

"Karena waktu kita kita memberikan diskon dan sebagainya, Pertalite seharga Premium dan sebagainya. dan ini alhamdulilah kesadaran masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan ini meningkat," ungkapnya,

Dia mengungkap, karbon emisi yang berhasil diturunkan dari 2020 hingga saat ini yakni sekitar 12 juta ton, sebagai kontribusi dari masyarakat yang beralih dari penggunaan Premium ke Pertalite. Selain itu, penggunaan untuk mesin juga lebih baik dan lebih efisien.

"Tahapan berikutnya itu seperti apa? Kami pun akan mendorong masyarakat untuk menggunakan yang lebih baik lagi supaya tadi ada sesuai dengan ketentuan minimum RON 91 kemudian lari ke Pertamax," katanya.

Namun demikian, Nicke memastikan, tidak akan serta merta menghapuskan Pertalite dari pasaran. Hingga hari ini kata Nicke, tidak ada kebijakan untuk menghapuskan pertalite.

"Itu tidak ada. Jadi ini kembali lagi, kita ini lebih ke edukasi, edukasi ke masyarakat karena nanti kita akan sama-sama merasakan manfaat dari program Langit Biru ini," kata Nicke.

 

"Jadi Pertalite ini masih ada di pasar, jadi silakan, tapi kami mendorong agar menggunakan yang lebih baik yaitu Pertamax supaya kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan karbon emisi di Indonesia," ungkapnya lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler