General Manager YIA Jelaskan Filosofi Patung Naga Jalur Sutra
Mustofa pertanyakan mengapa bukan patung garuda atau pahlawan yang dipasang di YIA.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Patung naga raksasa dipasang di Yogyakarta International Airport (YIA), Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Patung naga tersebut ternyata baru dipasang di area kedatangan penumpang pada pekan ini.
Patung tersebut sempat menyedot perhatian dan viral di media sosial. Adalah politikus Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya yang mengunggah foto patung naga di bandara internasional tersebut. "Kenapa bukan patung garuda atau patung pahlawan yang dipasang di sini? Ada temen di Yogyakarta tahu?" katanya lewat akun Twitter, @TofaTofa_id pada Kamis (31/12).
General Manager YIA, Agus Pandu Purnama pun menjelaskan ukuran dan filosofi patung naga tersebut. Dia menyebut, patung naga tersebut memiliki panjang tujuh meter dan lebar dua meter, dengan tinggi mencapai 2,5 meter. Patung tersebut dibuat dari bahan sampah logam besi galvanis.
"Di pengujung tahun 2021, ada pemandangan baru (patung naga) di kedatangan bandara YIA tepatnya di depan Lawang Papat atau diantara Tamansari YIA," kata Pandu saat dikonfirmasi Republika di Kota Yogyakarta, Jumat (31/12).
Menurut dia, patung naga itu merupakan karya seni yang dibuat oleh seniman asal Kabupaten Bantul, yakni Tri Suharyanto. Pandu menjelaskan, karya tersebut diberi nama sebagai Patung Naga Jalur Sutra. "Patung ini dipasang menggantikan gerobak pedati sapi karya Nasirun, mengiringi pergantian tahun 2021 ke 2022," ujar Pandu.
Dia menuturkan, patung naga itu juga pernah ditampilkan dalam pameran tunggal Tri Suharyanto di Taman Budaya Yogyakarta dengan inisiator sekaligus kurator, yakni Garin Nugroho. Patung naga yang dipasang di YIA, kata Pandu, melambangkan sebuah kedigdayaan bangsa Timur.
Pandu menjelaskan, patung naga tersebut menggambarkan kekuatan maritim bangsa Timur pada masa lampau yang menyebar ke seluruh dunia. Pada abad ke-7, sambung dia, Dinasti Syailendra bersama puluhan armada maritimnya telah menjelajah hingga ke Madagaskar, Benua Afrika.
Torehan sejarah tersebut, menurut Pandu, terpatri dalam relief kapal kuno di Candi Borobudur dengan Samudra Raksa yang telah membentuk jalur perdagangan bahari purba. "Yang selanjutnya diteruskan oleh bangsa timur Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim yang juga telah menjelajah dalam misi damai sampai ke pelosok dunia," jelas Pandu.
Alasan sejarah itulah yang menjadi pertimbangan mengapa patung naga dipasang di YIA. Sebelumnya, status Mustofa menjadi perdebatan sengit di kalangan warganet. Ada yang membela Mustafa mengapa pengelola YIA tidak memasang patung garuda yang melambangkan Indonesia. Namun, ada pula warga yang menjelaskan jika patung naga tidak selalu identik dengan Cina, karena di Keraton Yogyakarta juga ada hiasan patung naga.