27 Ribu Pengungsi Suriah Dinaturalisasi ke Swedia Selama 2021
IHRAM.CO.ID, STOCKHOLM--Sebanyak lebih dari 27 ribu pengungsi Suriah telah dijadikan warga negara atau dinaturalisasi ke Swedia pada tahun 2021. Jumlah ini merujuk dari data menurut badan migrasi negara itu pada Jumat, (31/12).
Dilansir dari The New Arab, Ahad (2/1), sekitar 85 ribu orang secara total diberikan kewarganegaraan, termasuk 27.340 warga Suriah, 4.067 warga Somalia dan 3.471 warga Eritrea, kata badan tersebut. Menurut hukum Swedia, imigran dengan tempat tinggal dan izin kerja dapat dinaturalisasi dalam waktu lima tahun.
Badan tersebut menambahkan bahwa jumlah warga Suriah di Swedia yang memperoleh kedua izin meningkat menjadi sekitar 150 ribu sejak 2015, ketika Eropa mulai menyaksikan gelombang besar pengungsi dari Timur Tengah, bagian lain di Asia dan Afrika.
Konflik 10 tahun Suriah memicu krisis pengungsi terburuk di dunia sejak Perang Dunia kedua, menewaskan sedikitnya setengah juta dan meninggalkan sebagian besar negara dalam reruntuhan.
Sebelumnya, lebih dari 350 ribu orang tewas dalam konflik lebih dari 10 tahun di Suriah. Hal itu dikatakan Michelle Bachelet, kepala hak asasi manusia PBB beberapa bulan lalu.
“Kami telah menyusun daftar 350.209 orang yang teridentifikasi tewas dalam konflik di Suriah antara Maret 2011 hingga Maret 2021,” kata Bachelet kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Itu adalah pembaruan pertama informasi dari kantor hak asasi PBB tentang jumlah korban tewas dalam konflik Suriah sejak Agustus 2014, ketika jumlahnya hanya mencapai 191.369.
“Tapi itu bukan dan tidak boleh dilihat sebagai sejumlah pembunuhan terkait konflik di Suriah saja. Ini menunjukkan jumlah minimum yang dapat diverifikasi, dan tentu saja kurang dari jumlah pembunuhan yang sebenarnya,” kata Bachelet.
Satu dari setiap 13 korban adalah wanita - jumlah secara keseluruhan 26.727 – dan hampir satu dari setiap 13 korban adalah anak-anak – yakni total berjumlah 27.126 anak.
“Kita harus selalu mengangkat cerita para korban, baik secara individu maupun kolektif, karena ketidakadilan dan kebrutalan dari setiap kematian ini harus memaksa kita untuk bertindak,” kata dia.