Tugu Pamulang Ganti Rupa, Dulu Dihina Kini Dibanggakan
Wajah baru Tugu Pamulang diresmikan pada 8 Januari 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Tugu Pamulang telah berganti rupa. Setelah sempat menjadi bahan olok-olokan, khususnya oleh warganet, kini tugu yang terletak di Bundaran Jalan Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten itu, menjadi ikon yang bisa dibanggakan oleh warga Tangsel, khususnya warga Pamulang.
Revitalisasi Tugu Pamulang dilakukan setelah ramai diperbincangkan oleh warganet (netizen) dan viral pada sekitar April 2021 lalu. Bangunan tugu itu mendapatkan kritikan keras terkait desain yang jauh berbeda dari rancangannya, bahkan dianggap tak ubahnya seperti toren air. Namun, setelah sekitar sembilan bulan sejak berpolemik, wajah baru Tugu Pamulang diresmikan pada 8 Januari 2022.
"Sekarang lebih bagus. Bangga intinya mah, ada ikon Pamulang, ikon Tangsel," ujar Iwan (38), salah satu warga Pamulang saat ditemui di sekitar lokasi acara peresmian revitalisasi Tugu Pamulang oleh Gubernur Banten Wahidin Halim, Sabtu (8/1).
Iwan mengatakan, sebagai warga Pamulang, dia mengaku desain Tugu Pamulang yang telah direvitalisasi berbeda dibandingkan sebelumnya. Menurutnya, tugu tersebut saat ini lebih artistik dan mencirikan Kota Tangsel.
Senada, warga Pamulang lainnya, Udin (25) mengatakan, jika sebelumnya dirinya ikut menilai bahwa Tugu Pamulang sama sekali tidak menarik, bahkan jelek, kali ini dia mengaku telah berubah pikiran. "Yang sekarang lebih menarik, bernilai seni lah, ada beberapa ornamen yang nunjukin khas Tangsel. Kalau yang dulu kan emang enggak banget ya," katanya.
Meskipun melayangkan pujian untuk hasil revitalisasi Tugu Pamulang, Udin mengkritisi Pemprov Banten ihwal pembangunannya. Menurutnya, pembangunan Tugu Pamulang yang diketahui awalnya dibangun pada 2018 dinilai gagal karena tidak dibangun sesuai rancangan desain, padahal telah menghabiskan ratusan juta rupiah. Dia berharap revitalisasi yang juga menghabiskan dana cukup besar kali ini tidak sia-sia begitu saja.
"Sejauh ini sih hasil revitalisasi cukup worth it, tapi enggak tahu kalau ke depannya kalau enggak dirawat ya sayang banget kan duitnya yang dianggarkan buat revitalisasi," ucapnya.
Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Banten Arlan Marzan mengatakan, revitalisasi bangunan Tugu Pamulang telah menghabiskan anggaran sebesar Rp700 juta. "Kita menggunakan APBD Pemerintah Provinsi Banten 2021, total anggarannya Rp700 juta," ujar Arlan.
Anggaran itu mengalami kenaikan dari rencana awal sebesar Rp400 juta. Arlan mengatakan, revisi anggaran terjadi usai dilakukan koordinasi dari hasil sayembara desain mengenai kebutuhan bahan material dalam proses pembangunannya.
"Awalnya Rp400 juta, kemudian setelah hasil sayembara kita koordinasi, kebetulan selama pelaksanaan dan desain, dari dewan juri dan pemenangnya (sayembara) langsung ikut dalam perencanaan material, jadi akhirnya anggaran menjadi Rp700 juta," jelasnya.
Revitalisasi diketahui dilakukan selama dua bulan mulai November 2021. Desain Tugu Pamulang menyesuaikan dengan hasil desain dari pemenang sayembara yang diadakan oleh Gubernur Banten Wahidin Halim pada kurun waktu Agustus hingga September 2021 lalu.
Menurut penuturan Arlan, Tugu Pamulang hasil revitalisasi meliputi beberapa bagian, meliputi dasar (base), pilar dan panel, kepala, serta mahkota. Dari beberapa bagian tersebut terselip nilai-nilai kekhasan Banten serta Tangsel. Seperti ada ilustrasi klasik suasana Pelabuhan Karangantu Masa Kesultanan Banten berupa bentuk biduk pada bagian kepala, serta beberapa ornamen yang dinilai menunjukkan religiositas Kota Tangsel.
"Kita integrasikan antara kekhasan Pemprov Banten dan Pemkot Tangsel. Tangsel jelas (bagian dari desain Tugu Pamulang) terlihat dari ornamen bunga melati, terus buku, Tangsel kan motonya cerdas religius, lalu ada juga motif Betawi. Kalau kekhasan Pemprov Banten, kita punya pelabuhan Karangantu," ujarnya.
Ke depannya, Arlan mengatakan, Tugu Pamulang akan disempurnakan dengan taman serta pagar pada bagian bawahnya. Juga akan dilengkapi dengan suara azan yang berkumandang pada waktu shalat tiba. Dalam proses perawatannya, dia mengatakan butuh biaya sekitar Rp50 juta per tahun.
Berkaca dari polemik yang terjadi tentang Tugu Pamulang, Arlan mengevaluasi bahwa dalam setiap pembangunan tugu ataupun ikon tertentu seharusnya bisa mencerminkan atau menginterpretasikan wajah daerah tersebut sesuai dengan harapan masyarakat.
"Evaluasinya, kalau kita buat pembangunan atau ikon di salah satu daerah, kita buka komunikasi dengan masyarakat, mengadakan sayembara karena ternyata walaupun ketika pemerintah sudah meng-hire konsultan yang kita anggap sudah professional, belum tentu diterima masyarakat," ucapnya.