Menteri Investasi Optimistis Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal IV Capai 5 Persen

Keyakinan tersebut berdasarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke-III

Antara/Sigid Kurniawan
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk bongkar muat kaolin di Pelabuhan Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (26/12/2021). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan mencapai 4,7-5,5 persen.
Rep: febrianto adi saputro Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal, Bahlil Lahadahlia mengakui bahwa pemulihan ekonomi pasca pandemi bukanlah hal yang mudah. Namun dirinya optimis pertumbuhan ekonomi di kuartal ke IV 2021 mampu mencapai angka 4,5 - 5 persen. "Di kuartal ke IV, saya punya keyakinan tumbuhnya di 4,5 sampai 5 persen," kata Bahlil dalam webinar penyampaian hasil survei Indikator Politik Indonesia, Ahad (9/1).

Baca Juga


Bahlil mengungkapkan keyakinan tersebut berdasarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke-III yang mencapai 3,5 persen. Dirinya mengaku bersyukur dengan capaian pertumbuhan ekonomi tersebut, padahal sebelumnya perekonomian dalam negeri sempat terganggu akibat penerapan PPKM di sejumlah daerah. 

"Apa yang terjadi? kita lihat pertumbuhan ekspor impor kita itu 50 persen, pertumbuhan investasi kita itu sekitar 5-6 persen, kemudian konsumsi kita memang turun hanya tumbuh 1 persen, spending government tidak maksimal, tetapi di kuartal ke-IV ini pasti akan jauh lebih baik ketimbang kuartal ke III," ujarnya. 

Bahlil menyadari bahwa tidak seluruh masyarakat puas dengan kinerja pemerintah saat ini. Namun ia memastikan pertumbuhan ekonomi perlahan-lahan berangsur membaik. 

"Artinya pemerintahan Jokowi di bawah kepemimpinan Pak Presiden memimpin kami di anggota kabinet itu mampu perlahan-lahan melakukan suatu langkah-langkah strategi ekonomi untuk menuju perbaikan yang lebih baik," tuturnya. 

Sebelumnya Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei nasional terbaru. Dalam survei yang digelar Desember 2021 tersebut, diketahui mayoritas responden mempersepsikan kondisi ekonomi nasional  buruk. 

"Total ada 33 persen masyarakat kita yang memandang keadaan ekonomi nasional masih buruk, yang mengatakan baik kurang lebih sekitar 24 persen baik atau sangat baik," kata Direktur Eksekutif Burhanuddin Muhtadi dalam webinar yang dilakukan secara daring, Ahad (9/1).

Namun jika dilihat trennya, Burhanuddin mengatakan responden yang mempersepsikan kondisi ekonomi nasional buruk terus menerus mengalami penurunan. Sebelumnya pada Mei 2020 diketahui kondisi ekonomi nasional sempat pernah dipersepsikan buruk hingga 81 persen. Namun kini dalam survei terbaru, angkanya sudah berada di 33,2 persen."Jadi ini kabar baiknya ada proses pemulihan ekonomi yang terus berjalan tapi masih lebih banyak mengatakan buruk ketimbang baik," ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler