Akibat Lonjakan Infeksi, AS Minta Nakes Tetap Bekerja Walau Positif Covid-19
Banyak rumah sakit di AS kekurangan nakes karena banyak yang izin menjalani karantina
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Otoritas kesehatan di seluruh Amerika Serikat (AS) mengizinkan perawat dan tenaga kesehatan (nakes) lain yang terinfeksi Covid-19 untuk tetap bekerja. Mereka yang memiliki gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali diharuskan untuk tetap bekerja menyusul reaksi terhadap kekurangan staf medis rumah sakit.
Otoritas kesehatan di Kalifornia mengumumkan anggota staf rumah sakit yang dites positif Covid-19 tapi tak bergejala dapat terus bekerja. Beberapa rumah sakit di Rhode Island dan Arizona juga menerapkan kebijakan serupa pada pekerja yang terpapar Covid-19 yang tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan.
Varian Omicron yang sangat menular telah membuat kasus baru Covid-19 meledak rata-rata menjadi lebih dari 700 ribu sehari di AS. Jumlah orang Amerika di rumah sakit yang terpapar Covid-19 mencapai sekitar 110 ribu kasus, hanya sedikit dari puncaknya 124 ribu pada Januari lalu.
Banyak rumah sakit di AS yang tidak hanya kebanjiran kasus tapi juga kekurangan tenaga kerja sebab begitu banyak karyawan yang izin karantina karena Covid-19. Meski demikian, Omicron tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada varian delta.
Bulan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan petugas kesehatan yang tidak memiliki gejala dapat kembali bekerja setelah tujuh hari dengan hasil tes negatif. Namun waktu isolasi dapat dipotong lebih lanjut jika ada kekurangan staf.
Rumah sakit Dignity Health di Kalifornia belum menerapkan pedoman baru. Namun pihaknya mengatakan bakal menerapkan pedoman baru ini dalam beberapa hari mendatang. "Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan karyawan kami dapat kembali bekerja dengan aman sambil melindungi pasien dan staf kami dari penularan Covid-19," kata Dignity Health dalam sebuah pernyataan.
Departemen Kesehatan Masyarakat Kalifornia mengatakan kebijakan baru didorong oleh kekurangan staf yang kritis. Langkah tersebut juga meminta rumah sakit untuk melakukan segala upaya untuk mengisi lowongan dengan membawa karyawan dari agen kepegawaian luar.
Selain itu, pekerja yang terinfeksi akan diminta untuk mengenakan masker N95 ekstra-pelindung dan harus ditugaskan untuk merawat pasien positif Covid-19 lainnya. "Kami tidak meminta panduan ini dan kami tidak memiliki informasi apakah rumah sakit akan mengadopsi pendekatan ini atau tidak," kata juru bicara Asosiasi Rumah Sakit Kalifornia, Jan Emerson-Shea,
"Namun yang kami tahu adalah bahwa rumah sakit tidak mengharapkan lebih banyak pasien dalam beberapa hari mendatang daripada yang dapat mereka rawat dengan sumber daya saat ini," ujarnya menambahkan.
Emerson-Shea mengatakan banyak pekerja rumah sakit telah terpapar virus, baik yang sakit atau merawat anggota keluarga yang terkena virus tersebut. Kendati begitu, Asosiasi Perawat Kalifornia yang beranggotakan 100 ribu orang menentang keputusan pemerintah.
Pihaknya memperingatkan langkah untuk tetap membiarkan yang positif Covid-19 bekerja akan menyebabkan lebih banyak infeksi. Ketua Asosiasi tersebut, Cathy Kennedy, menuding Gubernur Gavin Newsom dan para pemimpin kesehatan negara bagian lainnya menempatkan kebutuhan perusahaan perawatan kesehatan di atas keselamatan pasien dan pekerja.
"Kami ingin merawat pasien kami dan melihat mereka menjadi lebih baik – tidak berpotensi menginfeksi mereka," ujarnya.
Awal bulan ini di Rhode Island, rumah sakit jiwa negara bagian dan pusat rehabilitasi mengizinkan staf yang dites positif Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala untuk bekerja. Di Rumah Sakit Jackson Memorial Miami, kepala petugas medis Dr. Hany Atallah mengatakan mereka belum mencapai titik puncaknya dan bahwa pekerja yang dites positif harus pergi selama lima hari. "Kami masih harus sangat berhati-hati untuk mencegah penyebaran di rumah sakit," katanya.
Seorang perawat di Jackson Memorial Kevin Cho Tipton mengerti alasan rumah sakit ingin sekali karyawannya kembali setelah lima hari diisolasi. Namun dia khawatir tentang potensi risiko, terutama untuk pasien dengan risiko infeksi yang lebih tinggi, seperti mereka yang menerima transplantasi. "Ya, Omicron kurang mematikan tapi kami masih belum tahu banyak," katanya.
Di Eropa, Prancis pekan lalu mengizinkan petugas kesehatan dengan gejala ringan atau tanpa gejala untuk tetap merawat pasien daripada mengisolasi diri. Di daerah Phoenix, Dignity Health, operator rumah sakit besar, mengirim memo kepada anggota staf yang mengatakan mereka yang terinfeksi virus yang merasa cukup sehat untuk bekerja dapat meminta izin dari manajer mereka kembali merawat pasien.