PBB Cari Dana Bantuan Lebih dari Rp 57 Triliun untuk Afghanistan

Dana akan digunakan untuk menghentikan kesenjangan di Afghanistan.

AP/Petros Giannakouris
Saliha menggendong bayinya Najeeb yang berusia empat bulan saat ia menjalani perawatan di bangsal malnutrisi Rumah Sakit Anak Indira Gandhi di Kabul, Afghanistan, Rabu, 8 Desember 2021.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan-badan PBB meminta donor dana lebih dari Rp 57 triliun untuk bantuan kemanusiaan Afghanistan pada tahun 2022. Dana tersebut akan digunakan untuk menghentikan kesenjangan penting demi memastikan masa depan negara itu setelah konflik berkepanjangan. 

Baca Juga


Dilansir dari Al Arabiya, Selasa (11/1/2022), PBB mengatakan seruan itu, yang berjumlah hampir seperempat dari PDB negara itu, adalah yang terbesar yang pernah dicari untuk satu negara. Ini juga berarti tiga kali lipat dari angka yang diterimanya pada tahun 2021 ketika pemerintah yang didukung AS runtuh.

 “Ini adalah stop gap, langkah stop gap yang sangat penting yang kami tampilkan di depan komunitas internasional hari ini,” kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths kepada wartawan di Jenewa.

 "Tanpa ini didanai tidak akan ada masa depan, kita perlu ini dilakukan jika tidak akan ada arus keluar, akan ada penderitaan," tambahnya. 

Penarikan tiba-tiba bantuan asing tahun lalu membuat ekonomi Afghanistan yang rapuh di ambang kehancuran, dengan harga pangan naik dengan cepat dan menyebabkan kelaparan yang meluas. Sanksi Barat yang ditujukan kepada Taliban juga mencegah lewatnya pasokan dasar makanan dan obat-obatan, meskipun hal ini telah mereda setelah pengecualian disahkan oleh Dewan Keamanan PBB dan Washington pada bulan Desember.

Griffiths, yang telah bertemu dengan para pejabat, mengatakan rencana kemanusiaan telah "dikalibrasi dengan hati-hati" sehingga bantuan akan langsung diberikan kepada orang yang membutuhkan dan bukan kepada pihak berwenang.

Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa peningkatan keamanan memberikan kesempatan untuk menarik jutaan orang yang terlantar akibat konflik panjang di tanah air. Ia menambahkan bahwa sejak Taliban merebut kekuasaan, 170.000 telah kembali.

“Konflik antara Taliban dan pemerintah sebelumnya telah berakhir dan itu telah membuka ruang keamanan yang menurut saya perlu kita manfaatkan,” kata Grandi.

“Tetapi untuk melakukan itu, kami membutuhkan sumber daya yang merupakan bagian dari seruan ini," tambahnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler