Wamen LHK Resmikan Pusat Penyelamatan Orang Utan di Langkat

Pusat penyelamatan hewan dilingungi ini mulai menerima satwa sejak tahun 2021.

Kementerian LHK
Wakil Menteri LHK, Alue Dohong.
Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, MEDANG -- Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong meresmikan Pusat Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Primata dilindungi lainnya, di Desa Bukit Mas Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Keanekaragaman hayati sebagai kekayaan bangsa, pengelolaannya dimandatkan kepada Negara dan pemerintah untuk kepentingan seluruh masyarakat.


Alue menyebutkan, konservasi tidak bisa dilakukan dan bekerja sendiri, harus dilakukan bersinergi dengan para pihak. "Pemerintah sangat terbantu dengan "filing the gap" oleh para pihak, dan dibutuhkan harmonisasi antara manusia dan satwa liar agar tidak terjadi konflik yang menyebabkan kerugian," ucapnya, Kamis (13/1/2022).

Wamen LHK juga berharap, apa yang telah dibuat mitra kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara, dalam hal ini YOSL-OIC melalui Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Prima dilindungi lainnya, dapat berkontribusi pada konservasi yang ada di Indonesia dan memberikan manfaat pada masyarakat.

Pusat penyelamatan ini mulai menerima satwa sejak tahun 2021, memiliki fasilitas memadai sebagai pusat penyelamatan satwa, terdiri dari kandang kkinik/karantina berbagai jenis kandang untuk priate dan beruang, serta peralatan medis yang lengkap untuk mendukung misi penyelamatan satwa.

Semua satwa berasal dari titipan Balai Besar KSDA Sumut, dan saat ini SRA menangani empat owaungko (Hylobates Agilis), 1 owasarudung (Hylobates Lar), 14 siamang (Symphalangus Syndactylus), 2 orangutan (Pongo Abeli), dan 1 beruang madu (Helarctos Malayanus).

Penyelamatan oragutan, beruang, dan primata dilindungi lainnya, didirikan tahun 2020, merupakan kerja sama BBKSDA Sumut, BKSDA Aceh, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC). Misi yang diusung adalah menampung, merehabilitasi serta berupaya melepasliarkan kembali satwa liar milik negara ke habitat alaminya. 

Misi ini tidak hanya di Sumatera Utara, tetap juga akan mendukung upaya penyelamatan satwa di Aceh. Pusat penyelamatan ini, memiliki 8 staf yang terdiri 2 manajer, 1 dokter hewan, 1 ahli biologi, 1 head keeper dan 3 animal keeper. Semua staf menjalani pemeriksaan medis sebelum mereka bekerja, untuk memastikan tidak ada penyakit menular dari satwa ke manusia atau sebaliknya (Zoonosis).

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler