Jangan Remehkan Omicron, Epidemiolog: Tingkat Kerawanan Sama Dengan Varian Delta
Selain antisipasi Omicron Epidemiolog minta Pemerintah gencarkan vaksinasi dosis 2
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, tingkat kerawanan varian Omicron sama halnya dengan varian Covid-19 lainnya. Pernyataan ini menanggapi meninggalnya dua pasien kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia pada Sabtu (22/1).
"Omicron sebetulnya kalau dari sisi kerawanan tidak ada bedanya dengan Delta dengan Alpha dengan juga varian yang ditemukan di Wuhan," kata Dicky kepada Republika, Ahad (23/1).
Menurut Dicky, untuk mitigasi lonjakan kasus pemerintah, seharusnya mampu mengejar cakupan vaksinasi dosis kedua hingga 75 persen sebelum bulan Ramadhan yang diperkirakan jatuh pada Mei 2022 untuk menekan angka penularan Covid-19.
"Jadi (vaksinasi) ini harus digenjot, bahkan melihatnya bukan hanya dari potensi puncak gelombang tiga Omicron, tapi juga antisipasi nanti menjelang puuasa. Sebelum bulan puasa kejar cakupan dua dosis mencapai 75 persen minimal," tegas Dicky.
Terlebih, saat ini, itu ada kurang lebih 40 persen atau 30 persen dari kelompok rawan tertular Covid-19 belum divaksin, baik dosis lengkap maupun booster.
" Kemudian bicara soal lansia, itu kita masih 50 persen loh lansia belum vaksin lengkap, apalagi bicara booster. Artinya harus dikejar, karena kalau tidak mereka akan jadi korban," kata Dicky.
Ia pun mengingatkan masih ada kelompok rawan lainnya yakni anak di bawah usia 6 tahun yang masih belum bisa divaksinasi. " Kalau kita tidak melakukan cepat mitigasi, kematian pada anak akan muncul ini saya sampaikan itu artinya kita akan mendapat berita yang yang seperti itu sebagaimana terjadi juga di itu di luar negeri," ujarnya.
Sementara Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan bahwa setiap kematian bukan hanya angka kecil atau besar. Namun, adalah nyawa ibu, ayah, putra dan putri bagi seseorang.
Positivity rate Indonesia, juga semakin naik yakni 5,9 persen. Padahal, standar emas WHO adalah 5 persen.
"Yang diartikan bahwa virus terkendali," kata Zubairi. Lebih lanjut, Zubairi mengatakan kasus varian Omicron juga sudah memasuki lingkungan keluarga, contohnya 4 orang positif Omicron di Kota Tangerang."Omicron juga sudah mulai memasuki lingkungan keluarga. Misalnya di Kota Tangerang. Tercatat empat orang positif varian Omicron. Tan kocapo," ucapnya.
Pada Ahad (23/1), kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 2.925 kasus. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.286.378 kasus.
Sementara kasus pasien meninggal bertambah 14 kasus pada hari ini, dan kasus sembuh bertambah 712 kasus. Dari penambahan itu, DKI Jakarta menyumbang penambahan tertinggi sebanyak 1.739 kasus.
Sebelumnya, pada Sabtu (22/1), Satgas Penanganan Covid-19 mencatat penambahan 3.205 kasus. Jumlah tersebut tertinggi dalam sepakan terakhir sejak 17 Januari 2022 silam.
Sementara, angka kesembuhan harian sebesar 627 orang sembuh per hari terdiri 383 transmisi lokal dan 244 Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Pada kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis hingga Sabtu (22/1), tercatat 16.692 kasus.
Kenaikan kasus baru konfirmasi merupakan implikasi dari peningkatan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia. Dimana sejak 15 Desember hingga saat ini secara kumulatif tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.
Kementerian Kesehatan juga telah mencatat dua kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia pada Sabtu (22/1). Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang memiliki daya tular tinggi.
Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat. Diketahui ia belum menerima vaksin dan memiliki komorbid. Sementata satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri yang juga memiliki komorbid dan meninggal di RSPI Sulianti Saroso.