CDC: Booster Pfizer dan Moderna Terbukti Efektif Lawan Omicron
Dosis booster 90 persen efektif untuk mencegah orang dirawat di rumah sakit.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tiga studi baru oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) membuktikan bahwa pemberian dosis penguat (booster) dari vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna sangat efektif dalam mencegah rawat inap terkait infeksi SARS-CoV-2 varian omicron. Dosis booster 90 persen efektif untuk mencegah orang dirawat di rumah sakit setelah mereka terinfeksi varian omicron.
Menurut data dari studi CDC, dosis tersebut juga 82 persen efektif untuk mencegah kunjungan gawat darurat dan perawatan darurat pada pasien omicron. "Ini benar-benar menunjukkan pentingnya mendapatkan dosis booster," kata Emma Accorsi dari CDC, salah satu penulis studi tersebut seperti dikutip laman Aljazirah, Ahad (23/1/2022).
"Penduduk Amerika harus mendapatkan booster jika setidaknya lima bulan telah berlalu sejak mereka menyelesaikan seri premier Pfizer atau Moderna mereka, tetapi jutaan orang yang memenuhi syarat belum mendapatkannya," ujarnya menambahkan.
Studi pertama mengamati tingkat rawat inap dan ruang gawat darurat serta kunjungan pasien di pusat perawatan darurat di 10 negara bagian AS, dari Agustus hingga bulan ini. Ditemukan efektivitas vaksin yang terbaik setelah tiga dosis vaksin Pfizer atau Moderna disuntikan.
Perlindungan turun dari 94 persen selama gelombang varian delta menjadi 82 persen selama gelombang omicron. Perlindungan dari hanya dua dosis lebih rendah, terutama jika enam bulan telah berlalu sejak dosis kedua.
Para pejabat telah menekankan tujuan mencegah tidak hanya infeksi tetapi juga pada penyakit parah. Sementara itu studi kedua berfokus pada kasus Covid-19 dan tingkat kematian di 25 negara bagian AS dari awal April hingga akhir Desember.
Orang yang menerima booster memiliki perlindungan tertinggi terhadap infeksi virus corona, baik pada saat gelombang delta dan juga saat omicron. Kedua studi tersebut diterbitkan online oleh CDC.
Sementara itu Journal of American Medical Association menerbitkan studi ketiga, yang juga dipimpin oleh para peneliti CDC. Studi itu meneliti orang-orang yang dites positif Covid-19 dari 10 Desember hingga 1 Januari di lebih dari 4.600 situs pengujian di seluruh AS.
Tiga suntikan vaksin Pfizer dan Moderna sekitar 67 persen efektif melawan penyakit simtomatik terkait omicron dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi. Kendati demikian dua dosis tidak memberikan perlindungan yang signifikan terhadap omicron ketika diukur beberapa bulan setelah menyelesaikan seri aslinya.
"Jika Anda memenuhi syarat untuk mendapatkan booster dan Anda belum mendapatkannya, Anda tidak up-to-date dan Anda perlu mendapatkan booster Anda," kata Direktur CDC Dr Rochelle Walensky saat briefing Gedung Putih pada Jumat pekan ini.
Penelitian tersebut merupakan studi besar pertama di AS yang membuktikan perlindungan vaksin terhadap omikron. Studi ini juga turut menggemakan penelitian sebelumnya, termasuk penelitian di Jerman, Afrika Selatan, dan Inggris yang menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia kurang efektif melawan omicron daripada versi virus corona sebelumnya, tetapi juga bahwa dosis booster meningkatkan antibodi penangkal virus untuk meningkatkan kemungkinan menghindari infeksi simtomatik.
Pekan lalu, Pusat Medis Sheba Israel mengungkapkan, bahkan dosis keempat vaksin Covid-19 masih tidak cukup untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2 varian omicron. Padahal, pemberian dosis penguat (booster) kedua telah meningkatkan antibodi ke tingkat yang lebih tinggi.
Pihak Pusat Medis Sheba Israel telah memberikan suntikan vaksin booster kedua dalam uji coba pada stafnya. Mereka memakai vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna.