Rendahnya Vitamin D Terkait dengan Kematian Covid-19
Kasus kematian Covid-19 yang tinggi dikaitkan dengan kekurangan vitamin D.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rendahnya tingkat nutrisi terkait dengan tingginya angka kematian Covid-19 yang ditemukan di 20 negara. Sejumlah besar kasus Covid-19 dan tingkat kematian yang tinggi dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin D, menurut sebuah penelitian.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa status vitamin D yang rendah meningkatkan kemungkinan infeksi saluran pernapasan. Vitamin D sangat penting untuk respon imun segera melalui penyesuaian reaksi sel darah putih dan mengurangi produksi sitokin.
Sitokin inflamasi adalah molekul sinyal yang disekresikan dari sel imun untuk memicu inflamasi. Kelebihan sitokin akan memperburuk penyakit, karena bersifat pro-inflamasi. Virus Covid-19 memicu sistem pertahanan tubuh, menghasilkan produksi sitokin pro-inflamasi yang ekstrem.
“Para peneliti memeriksa data di 20 negara di Eropa dan menemukan bahwa vitamin D dapat membantu mencegah penyakit dan kematian akibat virus corona,” demikian laporan, seperti dikutip dari Spring.org, Senin (24/1/2022).
Orang yang lebih tua paling berisiko terinfeksi. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok lansia di negara-negara seperti Italia, Swiss, dan Spanyol, sangat kekurangan vitamin D.
Rendahnya tingkat vitamin D di Eropa selatan tampaknya terkait dengan faktor-faktor seperti menghindari sinar matahari yang terik dan lebih menyukai tempat teduh. Selain itu, pigmentasi kulit, yang mengurangi sintesis vitamin D alami.
Sebaliknya, kadar vitamin D lebih tinggi di Eropa Utara sebagai akibat dari suplemen vitamin D, asupan minyak ikan cod, fortifikasi vitamin D susu dan produk susu. Itu ditemukan di negara-negara seperti Swedia dan Finlandia, dan kurang menghindari sinar matahari.
Hal ini mungkin menjadi faktor Skandinavia menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona paling sedikit dan tingkat kematian per kapita terendah.
Dr Lee Smith, penulis utama studi, mengatakan telah menemukan hubungan kasar yang signifikan antara tingkat vitamin D rata-rata dan jumlah kasus Covid-19. Hal ini khususnya dengan tingkat kematian Covid-19, per kepala populasi di 20 negara Eropa.
Vitamin D telah terbukti melindungi terhadap infeksi pernapasan akut, dan orang dewasa yang lebih tua, kelompok yang paling kekurangan vitamin D, juga yang paling parah terkena dampak Covid-19.
Sebuah studi sebelumnya menemukan bahwa 75 persen orang di institusi, seperti rumah sakit dan panti jompo, sangat kekurangan vitamin D. Sekarang disarankan pula untuk melakukan studi khusus yang melihat kadar vitamin D pada pasien Covid-19 dengan tingkat keparahan penyakit yang berbeda.