WHO Deteksi Empat Sub Varian dari Omicron, Ada yang Dijuluki Stealth Omicron
Sub varian omicron BA.1 sangat menular dan telah menyebar ke 171 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan ada empat keturunan omicron yang beredar di seluruh dunia. Varian tersebut telah mengembangkan sejumlah garis keturunan terpisah sejak muncul akhir tahun lalu.
Hal ini dinilai tidak mengejutkan karena sudah menjadi pola umum varian virus, seperti halnya delta yang telah terpecah menjadi lebih dari 200 sub varian. Sebagian besar galur sifatnya sangat mirip dengan aslinya sehingga tidak memberikan dampak tambahan pada tingkat keparahan atau kekebalan.
Para pejabat kesehatan telah menyatakan bahwa vaksin booster Covid-19 bisa melindungi dari infeksi omicron dan menawarkan kesempatan terbaik untuk melewati pandemi. Versi omicron pertama yang diketahui adalah B.1.1.529 yang kemudian digolongkan sebagai variant of interest oleh WHO.
Sub varian omicron BA.1 dikenal sangat menular dan telah menyebar ke 171 negara. Sekarang, BA.2 dan BA.3 telah dicatat sebagai sub-varian baru dalam keluarga omicron.
Mereka memiliki banyak mutasi yang sama seperti omicron. Namun, tingkat kasusnya masih rendah, terutama BA.3.
Setidaknya, ada 426 kasus BA.2 yang ditemukan di Inggris sejak 6 Desember 2021. Hingga kini, para ahli masih terus melakukan penelitian untuk memastikan bagaimana karakter BA.2.
"Kami memiliki beberapa indikasi bahwa sub varian BA.2 mungkin sama menularnya atau mungkin sedikit lebih menular daripada omicron (asli) karena mampu bersaing dengannya di beberapa area, tetapi kita belum tahu mengapa begitu," jelas dr Wesley Long, ahli patologi di Houston Methodist, Texas, AS, dikutip AP.
Sub varian BA.2 juga dijuluki sebagai stealth omicron. Sub-strain BA.2 ini berbeda dari strain BA.1 omicron yang lebih dominan alias yang versi "asli" karena tidak memiliki mutasi yang memungkinkannya untuk terdeteksi sebagai omicron dalam tes PCR, menurut UK Health Security Agency.
"Walaupun garis keturunan BA.1 sempat menjadi yang paling dominan, tren terbaru dari India, Afrika Selatan, Inggris, dan Denmark menunjukkan bahwa BA.2 telah meningkat secara proporsional. Karakter BA.2 masih terus diselidiki sampai saat ini," kata WHO dalam laporannya, seperti dilansir The Sun, Rabu (26/1/2022).
Meski begitu, para ahli mengatakan bahwa mutasi omicron tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, sejauh ini tidak ada bukti bahwa itu bisa menimbulkan gejala yang lebih parah.
Profesor Computational Systems Biology di UCL Genetics Institute, Francois Balloux, menjelaskan, virus cenderung berevolusi cukup cepat dengan strain berbeda. Virus memang terus-menerus mengalami mutasi dari waktu ke waktu.
"Tidak ada bukti sejauh ini bahwa BA.1 dan BA.2 berbeda dalam hal virulensi, profil usia orang yang cenderung terinfeksi, maupun kemampuannya lolos dari sistem kekebalan," kata Prof Balloux.
Berdasarkan semua bukti saat ini yang tersedia, menurut Prof Balloux, perubahan frekuensi relatif dari sub-garis keturunan Omicron BA.1 dan BA.2 tidak mengganggu penerapan pembatasan ataupun pencabutan pembatasan pandemi yang sudah berlangsung. Sub varian terlihat di Afrika Selatan, Australia, dan Kanada.
Hanya saja, data terbaru menunjukkan hal itu sebenarnya telah terdeteksi di banyak negara sejak November 2022. Keberadaan sub-varian itu sama sekali tidak bisa mengalahkan dominasi omicron.
Studi dari Denmark menunjukkan bahwa sub varian bertanggung jawab atas setengah dari semua kasus omicron. Tidak ada perbedaan dalam risiko rawat inap akibat penyebaran sub-varian tersebut.
Tampaknya, infeksi dari sub varian tidak menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada omicron asli, yang lebih mirip pilek bagi kebanyakan orang, terutama yang divaksinasi. Pejabat kesehatan di Denmark, yang paling banyak melihat kasus BA.2 sejauh ini, mengatakan bahwa vaksin Covid dianggap masih sama efektifnya.