Tekan Risiko Kanker, Pastikan Camilan Anda Mengandung Mineral yang Satu Ini
Apa saja camilan yang bisa diasup untuk menekan risiko kanker?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda suka menyantap camilan di antara waktu makan besar, ada baiknya mengganti kudapan dengan yang lebih sehat. Pasalnya, jenis camilan tertentu bisa mengurangi risiko kematian akibat kanker.
Makanan kecil anjuran para pakar adalah kudapan yang kaya magnesium. Mineral itu dibutuhkan tubuh agar tetap sehat dan sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh, termasuk dalam fungsinya melawan sel kanker.
Tanpa magnesium, tubuh rentan mengalami kelelahan. Tanda kekurangan mineral itu juga bisa ditunjukkan dengan insomnia. Dalam jangka panjang, kekurangan magnesium dapat mengarah pada risiko tulang rapuh dan penyakit jantung.
Agar kebutuhan magnesium terpenuhi, disarankan memasukkan bayam, roti gandum, nasi, kentang, dan salmon ke menu harian. Untuk makanan ringan, magnesium bisa didapat dari alpukat, saus guacamole, kacang-kacangan, cokelat hitam, pisang, selai kacang, atau yogurt.
Peneliti dari University of Basel, Swiss, mengatakan bahwa tingkat magnesium dalam tubuh yang terjaga merupakan faktor penting pencegahan tumor. Hal itu dituangkan dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell.
Tim peneliti menjelaskan bagaimana sel-T membutuhkan jumlah magnesium yang cukup agar dapat bekerja dengan baik. Sel-T adalah bagian penting dari sistem kekebalan yang melawan virus hingga tumor ganas.
Setelah diproduksi di kelenjar timus, sel T beredar di dalam tubuh. Sel menjadi aktif apabila dipicu oleh antigen spesifik. Asupan magnesium penting untuk fungsi protein permukaan sel-T tertentu.
Protein yang disebut LFA-1 membantu sel-T untuk mengunci target mereka, termasuk sel kanker. Namun, dalam keadaan tidak aktif, sel tidak dapat secara efisien mengikat sel yang terinfeksi atau fungsinya abnormal.
"Di sinilah magnesium berperan. Jika magnesium hadir dalam jumlah yang cukup di sekitar sel T, ia mengikat LFA-1, memastikan tetap dalam posisi dan aktif," ujar pemimpin studi, Profesor Christoph Hess.
Ketika meninjau studi imunoterapi kanker sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa kadar magnesium yang rendah dikaitkan dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat. Sementara itu, kelangsungan hidup juga lebih pendek.
Hess mengatakan, kekurangan magnesium sangat mungkin bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Setidaknya, sebagian dari kondisi yang terpantau pada pasien kanker yang menerima terapi kekebalan itu.
Temuan Hess diyakini bisa mendukung pengembangan pengobatan kanker. Penulis lain dalam studi, Jonas Lötscher, mengatakan , butuh penyelidikan lebih lanjut mengenai kaitan asupan magnesium secara teratur dan berkurangnya risiko terkena kanker.
"Sebagai langkah selanjutnya, kami merencanakan studi prospektif untuk menguji efek klinis magnesium sebagai katalis untuk sistem kekebalan tubuh," kata Lötscher, dikutip dari laman The Sun, Kamis (27/1/2022).