Assad Ancam Bakal Tuntut Militer AS

Assad mengklaim memiliki bukti pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan AS di Suriah.

myfirstclasslife.com
Bashar Al-Assad
Rep: Rizki Jaramaya Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar Al-Assad mengancam akan mengajukam tuntutan kepada pejabat pemerintahan dan pasukan Amerika Serikat (AS). Rezim Assad mengklaim memiliki bukti pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan AS di Suriah.

Baca Juga


"Tuntutan tidak hanya mencakup pidana, tetapi juga tuntutan atas hak-hak korban atas kompensasi di hadapan otoritas peradilan nasional dan internasional yang kompeten," ujar pernyataan Jaksa Penuntut Umum Militer di bawah rezim Assad, dilansir Alarabiya, Ahad (30/1).

Rezim Assad menganggap bahwa kehadiran AS di Suriah tidak dapat dibenarkan. Terutama karena AS tidak memperoleh izin sebelumnya dari pemerintah Assad mengenai kehadirannya, dan Dewan Keamanan PBB juga tidak mengizinkannya. Rezim Assad menuduh pasukan AS mendukung proyek separatis di timur laut Suriah.

 "Ada bukti yang menunjukkan bahwa banyak anggota ISIS menerima pelatihan dari tentara AS," ujar Jaksa Penuntut Umum Militer Suriah.

Jaksa Penuntut Umum Militer memiliki bukti bahwa pasukan AS sengaja mengabaikan peristiwa seranhan ISIS ke penjara Ghweran. Serangan ini bertujuan untuk membebaskan ratusan tahanan ISIS. 

 

 

"Jaksa Penuntut Umum Militer sekarang memiliki bukti kuat bahwa Amerika Serikat mengendalikan gerakan dan kegiatan organisasi di Suriah dari pangkalannya di Al-Tanf. KUHP Suriah dan pasal-pasal Konvensi Jenewa 1949 akan memungkinkan penuntutan bagi semua orang yang terlibat dalam apa yang dilakukan pendudukan AS di wilayah Suriah, apakah mereka orang Suriah atau orang asing," kata Jaksa Penuntut Umum Militer Suriah. 

Serangan ISIS di kompleks penjara Ghweran dekat kota Hasakah, Suriah pada 20 Januari, memicu pertemouran hebat yang menewaskan sekitar 260 orang. Sebuah buldoser pada Sabtu (29/1) mengangkat sejumlah jenazah ke truk untuk dimakamkan.

Pasukan Demokrstik Suriah yang didukung AS (SDF) mengatakan, mereka telah merebut kembali penjara itu pada Rabu (26/1). Namun operasi untuk memberantas musuh masih berlangsung. Pada Sabtu, terdapat sejumlah bentrokan di sekitar penjara antara SDF dan pasukan keamanan Kurdi. Pemantau hak asasi manusia Suriah mengatskan, empat pejuang ISIS menyandera seorang pejabat dan tiga warga sipil setempat selama beberapa jam di dekat penjara. Pasukan Kurdi kemudian membebaskan para tersangka dan menembak mati tiga pejuang ISIS.

Pada Rabu, SDF mengatakan, sekitar 3.500 anggota ISIS telah menyerah. Tapi sebagian pejuang ISIS membarikade diri mereka di dalam fasilitas penjara. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler