Teknologi Baru Mampu Bunuh 80 Persen Sel Kanker

Teknologi ultrasound dan microbubbles bisa bunuh hingga 80 persen sel kanker.

youtube
Teknologi ultrasound dan microbubbles bisa bunuh hingga 80 persen sel kanker.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Dr Tali Ilovitsh dari Departemen Teknik Biomedis di Tel Aviv University mengembangkan platform teknologi non-invasif untuk pengiriman gen ke dalam sel kanker payudara. Teknik ini menggabungkan ultrasound dengan microbubbles yang ditargetkan untuk tumor.

Baca Juga


Setelah ultrasound diaktifkan, microbubbles meledak seperti hulu ledak yang cerdas dan terarah, menciptakan lubang di membran sel kanker, memungkinkan pengiriman gen. Dilakukan selama dua tahun, penelitian ini diterbitkan pada 9 Juni di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Microbubbles adalah gelembung mikroskopis yang diisi dengan gas, dengan diameter sepersepuluh dari pembuluh darah. Pada frekuensi dan tekanan tertentu, gelombang suara menyebabkan jelas microbubbles bertindak seperti balon: mengembang dan berkontraksi secara berkala. Proses ini meningkatkan transfer zat dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya.

Dr Ilovitsh mengembangkan teknologi terobosan ini selama penelitian pasca doktoralnya di lab Prof Katherine Ferrara di Stanford University. Teknik ini menggunakan ultrasound frekuensi rendah (250 kHz) untuk meledakkan gelembung mikroskopis yang menargetkan tumor.

“Kami menemukan bahwa menggunakan frekuensi yang lebih rendah daripada yang diterapkan sebelumnya, microbubbles dapat berkembang secara signifikan, sampai meledak hebat. Kami menyadari bahwa penemuan ini dapat digunakan sebagai platform untuk pengobatan kanker dan mulai menyuntikkan microbubbles ke tumor secara langsung,” kata dia seperti dilansir dari The Bridgter Side, Senin (31/1/2022).

Dr Ilovitsh dan anggota tim lainnya menggunakan microbubbles bertarget tumor yang menempel pada membran sel tumor pada saat ledakan, dan menyuntikkannya langsung ke tumor pada model tikus. Secara in vivo, kerusakan sel mencapai 80 persen dari sel tumor.

"Terapi target yang aman dan hemat biaya, mampu menghancurkan sebagian besar tumor. Namun, itu tidak cukup. Untuk mencegah sel kanker yang tersisa menyebar, kami perlu menghancurkan semua sel tumor. Itulah sebabnya kami menyuntikkan gen imunoterapi bersama microbubbles, yang bertindak sebagai kuda Troya, dan memberi sinyal pada sistem kekebalan untuk menyerang sel kanker,” jelas Dr Ilovitsh.

Dengan sendirinya, gen tersebut tidak dapat masuk ke dalam sel kanker. Namun, gen ini yang bertujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan disuntikkan bersama dengan microbubbles. Pori-pori membran terbentuk di 20 persen sisa sel kanker yang selamat dari ledakan awal, memungkinkan masuknya gen ke dalam sel. Hal ini memicu respon imun yang menghancurkan sel kanker.

"Sebagian besar sel kanker dihancurkan oleh ledakan, dan sel-sel yang tersisa mengonsumsi gen imunoterapi melalui lubang yang dibuat di membran mereka. Gen tersebut menyebabkan sel memproduksi zat yang memicu sistem kekebalan untuk menyerang sel kanker,” jelas Dr Ilovitsh.

Dr Ilovitsh mengatakan bahwa di masa depan dia berniat untuk mencoba menggunakan teknologi ini sebagai pengobatan non-invasif untuk penyakit yang berhubungan dengan otak seperti tumor otak dan kondisi neurodegenerative lainnya seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler