Trudeau tak Terintimidasi Dengan Pengunjuk Rasa Antivaksin

Unjuk rasa bermula memprotes wajib vaksin bagi para sopir truk di perbatasan.

Adrian Wyld/The Canadian Press via AP
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan rakyat Kanada muak dengan perilaku beberapa pengunjuk rasa wajib vaksin Covid-19 di Ottawa. Ia mengatakan tidak akan terintimidasi.

Baca Juga


Sejak Jumat (29/1/2022) lalu puluhan truk dan kendaraan lainnya memenuhi pusat kota. Di gedung parlemen mereka mengeluhkan Trudeau, wajib vaksin Covid-19 dan masker tapi mereka sudah angkat kaki pada Senin (31/1/2022) pagi.

Polisi mengatakan sebagian besar unjuk rasa berjalan cukup damai. Tapi warga sekitar mengeluh suara berisik klakson truk dan sejumlah demonstran yang menggunakan jalanan sebagai toilet.

Di Twitter, tempat penampungan tuna wisma di Ottawa mengatakan beberapa demonstran mengganggu dan meminta staf memberi mereka makan. Beberapa pengunjuk rasa mengibarkan bendera Nazi.  

"Kami tidak terintimidasi dengan orang-orang yang melecehkan pegawai usaha kecil dan mencuri makanan dari tuna wisma," kata Trudeau dalam konferensi pers, Selasa (1/2/2022).

"Kami tidak akan menyerah pada mereka yang terlibat dengan vandalisme, tidak ada tempat bagi ancaman, kekerasan atau kebencian di negara kami," tambahnya.

Anggota senior dari Partai Konservatif yang merupakan oposisi pengunjuk rasa. Tahun lalu Konservatif kalah untuk ketiga kalinya berturut-turut dari Partai Liberal yang dipimpin Trudeau.

"(Ketua Konservatif  Erin O'Toole) harus bercermin dengan hati-hati mengenai perjalanannya di jalan mendukung orang-orang yang tidak mencerminkan para supir truk," kata Trudeau.  

Namun Partai Konservatif mengatakan Trudeau mengabaikan penderitaan ribuan orang yang berjuang untuk mencari nafkah. "(Kanada) sangat gugup dan retorika perdana menteri naik-turun lagi dan lagi," kata anggota parlemen dari Konservatif, Pierre Poilievre.

Sebelumnya Trudeau mengumumkan ia terinfeksi Covid-19 tapi merasa baik-baik saja dan bekerja jarak jauh. Atas alasan keamanan ia dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui.

Kepala kepolisian Ottawa Peter Sloly mengatakan jumlah pengunjuk rasa turun drastis pada Ahad (30/1/2022). Ia mengatakan telah bernegosiasi dengan penyelenggara unjuk rasa agar masyarakat dapat segera beristirahat.

"Semua opsi tersedia, (mulai dari) negosiasi hingga pemaksaan, kami membuat kemajuan yang nyata," katanya.

Salah satu kelompok yang terlibat mengatakan mereka ingin masyarakat dapat pergi ke mal dan berbelanja tanpa masker. Pada Senin (31/1/2022) mal terbesar di Ottawa, Rideau Centre mengatakan mereka akan tutup untuk kedua kalinya berturut-turut.

Unjuk rasa bermula memprotes wajib vaksin bagi para sopir truk di seluruh perbatasan. Kemudian menjadi menyerang Trudeau dan kebijakan Covid-19 secara keseluruhan.

Petinggi-petinggi perusahaan truk mengatakan sekitar 90 persen supir mereka sudah divaksin. Partai Konservatif berpendapatan wajib vaksin menyebabkan kekurangan impor makanan dari AS.

"Wajib ini tidak memiliki dampak yang terukur pada volume lalu lintas penyeberangan di perbatasan kami," kata Menteri Transportasi Kanada Omar Alghabra.

Salah satu pengunjuk rasa Tudor mengatakan ia ingin tetap bertahan "sepanjang waktu yang diperlukan, sampai wajib vaksin ini dicabut bagi semua orang." Pria 61 tahun itu menuduh pemerintah Kanada menggunakan "sains palsu."

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler