Invasi Rusia ke Ukraina Dapat Menimbulkan Banyak Korban
Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan akan menimbulkan banyak korban
REPUBLIKA.CO.ID, WILMINGTON -- Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Ahad (6/2/2022) mengatakan, Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja. Serangan tersebut menimbulkan korban yang sangat banyak.
“Jika perang pecah, itu akan menimbulkan kerugian besar bagi Ukraina, tetapi kami percaya bahwa berdasarkan persiapan dan tanggapan kami, itu juga akan menimbulkan kerugian strategis bagi Rusia,” kata Sullivan.
Sebelumnya Gedung Putih menyampaikan kepada anggota parlemen bahwa, invasi Rusia berpotensi menimbulkan 50 ribu korban. Beberapa pejabat AS telah membuat sketsa serangkaian indikator yang menunjukkan bahwa Presiden Vladimir Putin bermaksud untuk memulai invasi dalam beberapa minggu mendatang.
Indikator militer itu antara lain, latihan kekuatan nuklir strategis Rusia yang biasanya diadakan setiap musim gugur dijadwal ulang untuk pertengahan Februari hingga Maret. Para pejabat AS menilai latihan itu sebagai peluang yang paling mungkin untuk invasi.
“Itu bisa terjadi paling cepat besok atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi,” kata Sullivan.
Sullivan menambahkan bahwa, Putin telah menempatkan dirinya dalam posisi dengan penempatan militer untuk dapat bertindak agresif terhadap Ukraina kapan saja. Sullivan mengatakan, pemerintah berpegang pada harapan bahwa Rusia akan bergerak untuk meredakan situasi melalui diplomasi.
“Kuncinya adalah bahwa Amerika Serikat perlu dan siap untuk segala kemungkinan itu dan sejalan dengan sekutu dan mitra kami. Kami telah memperkuat dan meyakinkan sekutu kami di sisi timur," ujar Sullivan.
Sementara itu, pasukan dan peralatan elit AS mendarat di tenggara Polandia dekat perbatasan dengan Ukraina pada Ahad. Presiden AS Joe Biden memerintahkan untuk mengerahkan 1.700 tentara di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina.
Ratusan pasukan dari Divisi Lintas Udara ke-82 diperkirakan akan tiba di Bandara Rzeszow-Jasionka. Sebuah pesawat Boeing C-17 Globemaster Angkatan Udara AS membawa beberapa lusin tentara dan kendaraan. Mereka dipimpin oleh Mayor Jenderal Christopher Donahue, yang merupakan tentara Amerika terakhir yang meninggalkan Afghanistan pada Agustus tahun lalu.
“Kontribusi nasional kami di sini di Polandia menunjukkan solidaritas kami dengan semua sekutu kami di sini di Eropa dan, jelas, selama periode ketidakpastian ini kami tahu bahwa kami lebih kuat bersama-sama,” kata Donahue.
Biden memerintahkan tambahan pasukan AS yang dikerahkan ke Polandia, Rumania, dan Jerman untuk menunjukkan komitmen Amerika terhadap sayap timur NATO di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Anggota timur NATO, Polandia, berbatasan dengan Rusia dan Ukraina. Sementara Rumania berbatasan dengan Ukraina.