Obat Lawas Tampak Berpotensi Lindungi Paru dari Serangan Covid-19

Selama ini belum ada obat khusus yang bisa lindungi paru dari cedera akibat Covid-19.

Tangkapan layar
Dr Omer Awan, ahli radiologi dari University of Maryland, Amerika Serikat, memperlihatkan perbandingan hasil rontgen paru pasien Covid-19 yang divaksinasi dan tidak divaksinasi. Selama ini tidak ada obat khusus yang tersedia untuk melindungi paru dari cedera akibat Covid-19.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai penyakit pernapasan, Covid-19 dapat menyebabkan cedera paru-paru atau bahkan kerusakan permanen pada organ. Risiko lain yang ditimbulkan oleh infeksi SARS-CoV-2 adalah pembekuan darah. Meski begitu, penelitian terbaru menemukan bahwa obat "lawas" punya potensi untuk melindungi paru dari kedua risiko besar tersebut.

Infeksi SARS-CoV-2 ditandai dengan gejala tertentu. Tingkat penyakit akan sangat bervariasi. Dari cedera paru-paru hingga pembekuan darah, pertempuran dengan Covid-19 lebih menantang bagi sebagian orang.

Baca Juga


Kabar baiknya, peneliti terus mencari obat-obatan yang dapat membantu pemulihan dan mengurangi potensi kerusakan. Penelitian baru menunjukkan hasil yang menjanjikan dari obat yang sebenarnya telah digunakan selama lebih dari 70 tahun.

Obat yang peredarannya selama ini diizinkan oelh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) ini dapat melindungi terhadap paru dari cedera dan risiko pembekuan darah akibat Covid-19, menurut para peneliti di Weill Cornell Medicine and Cold Spring Harbor Laboratory. Hal ini sangat berarti bagi mereka yang mungkin menderita penyakit parah akibat Covid-19.

Obat yang dimaksud ini disebut disulfiram. Ini adalah sejenis tablet oral yang hanya tersedia dengan resep dokter.

Disulfiram sebelumnya kerap digunakan untuk membantu mengatasi mabuk alkohol. Obat "lawas" ini tidak mewakili obat untuk alkoholisme, tetapi dapat membantu mencegah kecanduan.

Rupanya, disulfiram lebih dari sekadar tablet antimabuk. Studi praklinis menemukan bahwa obat tersebut mampu melindungi hewan pengerat dari cedera paru-paru yang dimediasi kekebalan selama infeksi SARS-CoV-2 dengan kondisi yang berbeda.

Penelitian tersebut menjelaskan cara kerja tablet, di mana jenis cedera paru-paru sekarang diketahui sebagian didorong oleh pembentukan sel-sel kekebalan dari struktur seperti jaring yang disebut perangkap ekstraseluler neutrofil atau NET. Jaring itu dapat menjebak dan membunuh organisme menular.

Sebaliknya, perangkap tersebut juga bisa berbahaya bagi jaringan paru-paru dan pembuluh darah karena dapat menyebabkan akumulasi cairan di paru-paru dan mendorong perkembangan pembekuan darah. Disulfiram menghalangi salah satu langkah pembentukan NET.

Disulfiram mampu mengganggu molekul yang dibutuhkan untuk menghasilkan NET yang disebut gasdermin D. Hal ini mengartikan tidak ada NET yang terbentuk setelah perawatan disulfiram, menurut penelitian.

Temuan ini mendorong para peneliti untuk menguji obat tersebut sebagai pemblokir NET. Dr Schwartz mengatakan, saat ini tidak ada pilihan pengobatan yang baik untuk cedera paru-paru terkait Covid-19.

"Jadi disulfiram tampaknya perlu diperiksa lebih lanjut dalam hal ini, terutama pada pasien Covid-19 yang parah," kata Schwartz, seperti dilansir Express.co.uk, Kamis (10/2/2022).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler