LBH Yogyakarta Sebut Warga Desa Wadas Masih Trauma
Bahkan, ada warga yang sampai tidak berani keluar rumah.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Divisi Advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Julian Duwi Prasetia mengatakan, hingga kini warga di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, masih mengalami trauma.
Trauma itu dialami warga setelah adanya pengepungan oleh aparat gabungan TNI dan Polri dengan senjata lengkap di desa tersebut. Pengepungan tersebut terjadi setelah warga menolak penambangan batuan andesit untuk material konstruksi pembangunan Proyek Bendungan Bener.
"Kondisi hari ini tentu mereka masih mengalami trauma yang luar biasa pasca-pengepungan selama tiga hari, kemudian di hari keempat masih didatangi dan itu memberikan trauma yang sangat dalam," kata Julian kepada Republika.co.id, Ahad (13/2/2022).
Saat ini, pihaknya berupaya untuk memulihkan kondisi masyarakat Wades. Pasalnya, hingga saat ini masih ada warga yang belum berani kembali ke Wadas.
Bahkan, kata Julian, ada yang sampai tidak berani keluar rumah. Selain itu, ada masyarakat yang bersembunyi jika mendengar suara kendaraan karena masih mengalami trauma.
"Fokus kami selain mengumpulkan data-data, bagaimana (berupaya) untuk memulihkan masyarakat Wadas ke kondisi yang semula, merehabilitasi. Itu yang utama dan urgent bagi kami karena banyak juga orang yang belum balik ke Wadas karena masih takut," ujarnya.
Per Ahad (13/2/2022) ini, Julian menyebut, sudah tidak ada aparat di desa tersebut. "Terakhir, saya jam 04.00 WIB pagi (dini hari) sudah tidak (melihat) ada aparat," jelas Julian.
Ia menjelaskan, warga sendiri tidak menolak pembangunan proyek Bendungan Bener. Namun, warga menolak adanya penambangan material konstruksi bendungan tersebut di Desa Wadas.
Proyek bendungan itu membutuhkan pasokan batuan andesit sebagai material konstruksi. Namun, pemerintah mengambil kebutuhan material tersebut di Desa Wadas dengan melakukan penambangan batuan andesit.
Penolakan penambangan ini dilakukan mengingat dampak yang ditimbulkan, terutama terkait dengan dampak lingkungan. Termasuk dampak kebencanaan yang dapat terjadi atas penambangan yang dilakukan.
"Wadas itu masuk wilayah yang warna kuning atau memiliki risiko yang tinggi terhadap kebencanaan. Justru, harusnya diperkuat mitigasi kebencanaannya, bukan memperlemah, malah (penambangan) justru memperkuat potensi bencananya," tegas Julian.