Salah Perkiraan, Sisa Roket China Diprediksi akan Menabrak Bulan pada Maret
Sebelumnya, ilmuwan memperkirakan roket yang akan menabrak Bulan adalah milik SpaceX.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Astronom dan pakar pelacakan luar angkasa membuat kejutan dengan memperkirakan roket SpaceX Falcon 9 akan bertabrakan dengan bulan pada Maret tahun ini. Roket tersebut telah tertinggal di luar angkasa selama tujuh tahun terakhir.
Namun, prediksi itu telah berubah karena roket yang dilacak dan masih berada di jalur tabrakan dengan bulan bukan Falcon 9 lama melainkan roket China kuno. Pembaruan datang dari astronom dan pelacak asteroid yang menjalankan Project Pluto bernama Bill Gray.
Awalnya, objek itu pertama kali terdeteksi oleh Catalina Sky Survey, program yang menggunakan teleskop dekat Tucson, Arizona untuk melacak objek yang berpotensi bahaya bagi bumi. Saat pelacakan berlangsung, astronom menemukan objek yang merupakan buatan manusia.
Sejumlah petunjuk membuat Gray dan yang rekannya mengira benda itu adalah salah satu roket SpaceX, khususnya Falcon 9 yang diluncurkan pada Februari 2015. Namun, Gray mengaku bahwa mengidentifikasi objek seperti ini tidak selalu konkret.
“Saya memiliki bukti tidak langsung yang cukup bagus untuk identifikasi, tetapi tidak ada yang konklusif,” tulis Gray dalam posting blog baru.
Sekarang, objek khusus ini telah mendapatkan banyak perhatian. Terlebih sejak Gray pertama kali meramalkan objek akan bertabrakan dengan bulan pada Maret nanti.
Namun, setelah melihat lebih dekat sejarah objek tersebut dan mendapatkan sejumlah informasi baru dari Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Gray cukup yakin bahwa objek yang ditemukannya adalah bagian sisa roket China. Khususnya, Long March 3C yang meluncurkan misi China Chang'e 5-T1 ke bulan.
Penerbangan itu adalah misi pendahulu yang mengirim kapsul mengelilingi bulan dan meluncur kembali ke bumi untuk menguji teknologi yang akan digunakan China dan membawa sampel kotoran bulan. Gray menyadari kasus kesalahan identitas ketika dia mendapat email dari seseorang di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA yang melacak misi luar angkasa aktif.
Dikutip The Verge, Senin (14/2), JPL memiliki sistem pelacakan sendiri dan karyawan JPL berpendapat bahwa kecil kemungkinan Falcon 9 akan melewati bulan dua hari setelah peluncuran DSCOVR. Oleh karena itu, Gray kembali mengecek informasi dan menemukan misi Chang'e 5-T1 yang diluncurkan pada Oktober 2014 lalu.
Setelah merekonstruksi kemungkinan orbit dan lintasan misi tersebut, dia menyadari roket Long March 3C merupakan benda yang paling cocok untuk mengungkapkan objek misterius ini.
“Saya pikir kami memiliki rantai bukti yang sangat kuat. Menjalankan orbit kembali untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa China cukup masuk akal. Itu berakhir dengan orbit yang melewati bulan pada waktu yang tepat setelah peluncuran,” ujarnya.
Terlepas dari kebingungan tentang identitas objek, Gray mengatakan ini hanyalah bukti lebih lanjut bahwa pihaknya memerlukan lebih banyak informasi tentang pendorong roket yang pergi ke luar angkasa. Sampai sekarang, tidak ada entitas formal yang secara konsisten melacak sisa roket seperti ini yang masuk ke lintasan luar angkasa.
“Satu-satunya orang yang saya kenal yang memperhatikan pendorong roket tua ini adalah komunitas pelacak asteroid,” katanya.
Menurut Gray, akan lebih baik jika mereka yang meluncurkan roket luar angkasa harus melaporkan lokasi terakhir kendaraan mereka untuk memudahkan pelacakan dan mengidentifikasi bagian yang hilang.
“Hal semacam ini akan jauh lebih mudah jika orang-orang yang meluncurkan pesawat luar angkasa, jika ada lingkungan peraturan di mana mereka harus melaporkan sesuatu. Tapi sebagaimana adanya, selalu ada sejumlah pekerjaan detektif yang dilakukan untuk mencari tahu hal-hal ini,” tambahnya.