Impor Barang Nonmigas Januari 2022 Kompak Turun pada Januari 2022
Impor non migas tercatat 16 miliar dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impor semua jenis barang non migas sepanjang pada Januari 2022 kompak mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2021. Kendati demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat kinerja impor di awal tahun masih tetap tercatat lebih tinggi dari Januari 2021 lalu.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menyampaikan, total nilai impor pada bulan Januari 2022 mencapai 18,23 miliar dolar AS. Nilai itu turun 14,62 persen dari Desember 2021 (month to month/mtm) namun masih meningkat 36,77 persen dari bulan Januari 2021 (year on year/yoy).
Impor migas sebesar 2,23 miliar dolar AS sedangkan impor non migas tercatat 16 miliar dolar AS. Lebih detail pada impor non migas, BPS mencatat impor barang konsumsi sebesar 1,58 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 36,6 persen secara mtm.
"Dilihat berdasarkan komoditasnya, yang kita catat adalah impor komoditas vaksin yang mengalami penurunan tertinggi," kata Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/2/2022).
Adapun untuk impor bahan baku/penolong mencapai 13,85 miliar dolar AS. Nilai itu turun 11,35 persen secara mtm. Begitu pula dengan impor barang modal. BPS mencatat nilainya mencapai 2,8 miliar dolar AS atau menurun 13,45 persen mtm.
"Meskipun impor Januari 2022 dibanding Desember 2021 ini mengalami penurunan namun jika dilihat secara tahunan dibanding Januari 2021 seluruhnya masih mengalami kenaikan," katanya.
Tercatat, impor barang konsumsi masih naik 10,25 persen dari periode Januari 2021 lalu. Begitu pula dengan bahan baku/penolong maupun barang modal yang masing-masing naik 39,5 persen dan 41,94 persen.
Lebih lanjut, Setianto menilai, capaian impor pada bulan lalu juga masih positif. Pasalnya, impor masih didominasi oleh bahan baku/penolong yang berkontribusi 75,97 persen. Kemudian diikuti impor barang modal 15,37 persen dan paling kecil yakni impor konsumsi 8,66 persen.
"Impor kita masih banyak dari bahan baku dan barang modal. Tentu ini baik untuk kinerja sektor industri kita," katanya.