Panambahan Kasus Aktif Masih Tinggi, Klaster Baru Diantisipasi
Jumlah pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (isoman) jumlahnya lebih banyak.
REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang terus memantau dan memonitor laju penambahan kasus aktif Covid-19 yang terjadi di daerahnya, yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Hal ini untuk mengidentifikasi munculnya klaster penularan baru, yang mengakibatkan penambahan kasus aktif Covid-19 di daerahnya belum dapat dikendalikan, hingga saat ini.
“Harapannya, kita juga akan lebih cepat dalam menangani agar tidak semakin meluas,” kata Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (14/2).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang, jelas bupati, pertambahan kasus aktif yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir banyak disumbang oleh penularan klaster keluarga.
Bupati juga meminta kepada Dinkes Kabupaten Semarang beserta jajarannya untuk terus memantau dan memonitor kemungkinan munculnya klaster penularan baru yang ada di wilayahnya.
“Selain itu jajaran dinkes juga kami minta untuk meningkatkan dan memaksimalkan langkah- langkah testing, tracing dan treatmen (3T) dengan sasaran 15 orang kontak erat dari satu kasus aktif yang ditemukan,” kata Ngesti.
Dengan kondisi yang seperti ini, orang nomor satu di kabupaten semarang ini juga senantiasa meminta seluruh masyarakat Kabupaten Semarang untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, terutama saat beraktivitas di luar rumah.
Saat ini, masih lanjut bupati, jumlah pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (isoman) jumlahnya lebih banyak, mencapai 559 pasien.
Khusus untuk warga yang melakukan isolasi mandiri, telah dikomunikasikan dengan Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan hingga desa/ kelurahan untuk kembali menggerakkan jogo tonggo.
Selain itu juga memantau warga yang saat ini melakukan isoman di rumahnya agar jangan sampai keluar rumah dan tetap mematuhi protokol kesehatan agar tidak menyebar kepada anggota keluarga yang lain.
Upaya untuk menyiapkan tambahan tempat tidur di masing-masing rumah sakit dalam rangka mengantisipasi lonjakan ksus juga dilakukan. “Tujuannya untuk mempersiapkan apabila ada pasien yang bergejala langsung dibawa ke rumah sakit untuk dilayani sebaik mungkin,” tambahnya.
Sedangkan untuk langkah pencegahan, Ngesti juga menyampaikan Pemkab Semarang juga sudah mengantisipasi sebelum status PPKM daeranya masuk ke level 2.
Seperti tempat wisata telah diinstruksikan --selain terkait dengan kepatuhan penerapan prokes—juga terkait dengan pembatasan kapasitas pengunjung maksimal 50 persen. Demikian halnya dengan pelakanaan PTM di sekolah juga dibatasi hanya 50 persen.
Apabila dalam pelaksanaannya ditemukan ada satu siswa atau guru terpapar Covid-19, maka sekolahan tersebut langsung kita tutup dan PTM dihentikan. Setelah itu dilakukan evaluasi sambil menunggu perkembangan sampai 10 hari.
“Setelah masa 10 hari nanti siswa bisa kembali melaksanakan PTM di sekolah, namun terlebih dahulu di lakukan skrining kesehatannya, sebelum masuk sekolah lagi,” tandas bupati.