Berkat Vaksin Temuan Ilmuwan Jepang, Cacar Air Bisa Dicegah Menjadi Wabah Global

Vaksin cacar air ditemukan oleh ilmuwan Jepang Michiaki Takahashi.

www.freepik.com.
Ruam dan gatal akibat cacar air (ilustrasi). Cacar air dapat dicegah dengan pemberian vaksin.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cacar air merupakan salah satu penyakit menular yang sudah bisa dicegah dengan vaksin. Sosok ilmuwan Jepang bernama Michiaki Takahashi adalah yang pertama kali mengembangkan vaksin cacar air.

Tanggal 17 Februari 1928, tepatnya 94 tahun silam, merupakan hari kelahiran Takahashi. Untuk memperingati kelahiran mendiang ahli virologi Jepang itu, Google mendedikasikan doodle grafis khusus, karya seniman Tatsuro Kiuchi.

Berkat Takahashi, cacar air bisa dicegah untuk kembali menjadi wabah global. Di tengah bermunculannya kasus cacar air di Indonesia, mari kenali lebih dalam tentang infeksi menular itu, termasuk gejala, penyebab, faktor risiko, pencegahan, dan pengobatannya.

Menurut Mayoclinic.org, cacar air adalah infeksi yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Penyakit tersebut dapat menyebar ketika seseorang menghirup droplet pasien cacar air yang batuk atau bersin.

Cacar air utamanya sangat menular bagi orang-orang yang belum pernah mengidap penyakit itu atau belum divaksinasi. Gejala umumnya terlihat pada kulit, berupa ruam gatal dengan lepuh kecil berisi cairan.

"Ini menyebabkan ruam kulit gatal yang disebut ruam pleomorfik pada orang dewasa dan anak-anak. Ruam ini akan terlihat di seluruh tubuh, kecuali lengan dan kaki yang tidak terlalu terpengaruh," kata dokter spesialis intensif dan penyakit infeksi Vikrant Shah.

Dia menjelaskan, ruam melepuh yang gatal akibat infeksi cacar air muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar virus dan biasanya berlangsung sekitar lima hingga 10 hari. Ada gejala lain yang bisa jadi penyerta.

Pasien bisa mengalami demam, sakit tenggorokan, sakit perut, benjolan dengan cairan, kelelahan, gatal, nyeri, dan kulit terbakar. Nafsu makannya memburuk, muncul noda di kulit, serta sakit kepala.

Penyakit ini umumnya ringan jika dialami anak-anak yang sehat. Dalam kasus yang parah, ruam dapat menutupi seluruh tubuh. Lesi juga dapat terbentuk di tenggorokan, mata, juga selaput lendir uretra, anus, dan vagina.

Konsultan dari Zen Multispeciality Hospital Chembur, Mumbai, India, itu memberi tahu apa yang harus dilakukan jika terinfeksi. Hal utama yakni tidak menunda perawatan begitu melihat tanda-tandanya.

Baca Juga


Saat sedang cacar air, Shah mengingatkan untuk tidak menggosok tubuh terlalu keras saat membersihkan diri. Gunakan losion atau krim sesuai anjuran dokter, dan hindari menggaruk lesi supaya tidak sampai melepuh.

"Makan makanan hambar jika Anda terkena cacar air di mulut, minum cukup air untuk menghindari dehidrasi, dan kenakan pakaian longgar," ungkap Shah, dikutip dari laman Indian Express, Jumat (18/2/2022).

Pasien cacar air dapat membantu mencegah penularan dengan cara menjalani karantina mandiri di rumah sampai semua lepuh mengering dan mengeras. Obat antivirus juga dapat membantu percepatan penyembuhan.

Sebaiknya,jangan mengobati sendiri karena bisa berisiko. Obat-obatan yang dikonsumsi harus merupakan resep dari dokter.

Dokter konsultan di Yashoda Hospitals Hyderabad, Dilip Gude, menyebutkan beberapa obat yang efektif. Pemberian acyclovir secara oral, serta famciclovir dan valacyclovir harus dimulai sesegera mungkin untuk meminimalisasi replikasi virus.

Acyclovir topikal juga dapat membantu. Bisa pula meresepkan analgesik dan antihistamin untuk mengurangi rasa sakit dan gatal.

"Cara terbaik untuk mencegah cacar air adalah dengan mendapatkan vaksin Varicella yang sepenuhnya aman," ujar Gude.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler