Satu Perubahan untuk Cegah 13 Jenis Kanker
Satu perubahan dalam kondisi badan bisa membantu mencegah kanker.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan ada sekitar 9,6 juta kematian per tahun akibat kanker di dunia. Satu perubahan terkait kondisi badan bisa membantu memangkas risiko 13 jenis kanker.
Sebagai kelompok penyakit yang besar, kanker memiliki beragam jenis. Sebagian di antaranya adalah kanker paru, kanker prostat, kanker payudara, dan kanker hati. Risiko dari tiap jenis kanker ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pada kanker paru, misalnya, faktor risiko tunggal terbesarnya adalah kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini berperan dalam 70 persen kejadian kanker paru.
Berkaitan dengan faktor risiko, ada satu kondisi yang memiliki peran signifikan terhadap kejadian 13 jenis kanker. Ironisnya, kondisi ini cukup umum ditemukan di dunia.
WHO bahkan mengungkapkan bahwa hampir dua miliar orang di dunia memiliki kondisi ini. Kondisi yang dimaksud adalah kegemukan dan obesitas.
"Obesitas merupakan penyebab tunggal kanker terbesar yang dapat dicegah setelah merokok," pungkas Cancer Research UK seperti dilansir Express.co.uk, Selasa (22/2/2022).
Sebagian kanker yang dapat dipicu oleh kegemukan dan obesitas adalah kanker payudara, kanker usus, kanker pankreas, kanker kerongkongan atau esofagus, dan kanker kantong empedu. Jenis kanker lain yang juga dipicu oleh kegemukan dan obesitas adalah kanker rahim, kanker ovarium, kanker ginjal, kanker hati dan lambung bagian atas, myeloma, meningioma, dan kanker tiroid.
Kegemukan dan obesitas bisa memicu terjadinya kanker melalui kelebihan lemak yang tersimpan di dalam tubuh. Kelebihan lemak di dalam tubuh sebenarnya tidak diam, melainkan aktif dalam mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh.
Sinyal yang dilepaskan sel lemak bisa mempengaruhi tiga hal. Salah satunya adalah pertumbuhan hormon. Terlalu banyak lemak tubuh bisa membuat kadar hormon pertumbuhan meningkat, yang pada akhirnya mendorong sel-sel untuk membelah diri lebih sering.
"Sinyal ini bisa memberitahu sel-sel di tubuh kita untuk membelah lebih sering, yang bisa memicu kanker," ungkap Cancer Research UK.
Hal kedua yang dipengaruhi oleh sinyal dari sel lemak adalah inflamasi. Ketika ada banyak lemak di dalam tubuh, sel imun akan mendatangi area tersebut dengan tujuan untuk membuat sel lemak yang mati.
Kondisi ini bisa memicu inflamasi yang dapat menyebabkan sel untuk membelah diri lebih cepat. Seiring waktu, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kanker.
Hal yang ketiga adalah hormon seks pada perempuan. Setelah menopause, sel lemak akan memproduksi hormon estrogen. Hal ini bisa membuat sel-sel di payudara dan rahim membelah lebih sering sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kegemukan atau obesitas, pengukuran indeks massa tubuh (IMT) bisa dilakukan. Mengacu pada klasifikasi internasional dari WHO, seseorang bisa tergolong kegemukan bila memiliki IMT 25-29,9 dan obesitas bila memiliki IMT 30 ke atas.
Klasifikasi ini sedikit berbeda pada orang Asia, termasuk Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan RI, IMT 18,5-25 berada dalam kategori normal. IMT untuk kategori gemuk ringan adalah 25,1-27 dan kategori untuk gemuk berat adalah 27 ke atas.
Mencegah terjadinya kegemukan dan obesitas secara tak langsung turut menekan risiko terjadinya 13 jenis kanker. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah atau memperbaiki kegemukan dan obesitas adalah menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.
Porsi makan dalam keseharian juga perlu diperhatikan agar tidak melebihi kebutuhan. Di samping itu, olahraga yang teratur juga akan membantu mengelola berat badan.