Kapan Anak Harus PCR Apabila Tunjukkan Gejala Omicron?

Terkadang orang tua bingung kapan harus melakukan tes PCR pada anak.

www.pixabay.com
Terkadang orang tua bingung kapan harus melakukan tes PCR pada anak.
Rep: Desy Susilawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa pandemi Covid 19, ketika anak batuk pilek, orang tua tentu khawatir anak mengalami Covid 19. Apakah anak harus melakukan rapid tes antigen atau justru swab PCR?

Baca Juga


Anggota Satgas Covid 19 dan Unit Kelompok Kerja (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Nastiti Kaswandai SpA(K), mengatakan, jika di rumah terdapat anggota keluarga yang psitif Covid 19, walaupun tidak bergejala, kemudian anak menunjukkan gejala Covid 19, kemungkinan besar anak mengalami Covid 19. Jika sudah seperti itu, anak sebaiknya melakukan swab PCR. 

"Jika bergejala, ada kontak erat, kemungkinan besar anak Covid," ujarnya dalam Tanya IDAI di Instagram Live, 'Batuk dan Pilek pada Anak, Apakah Pasti Covid 19?', belum lama ini.

Ia menyarakan, meski anak tidak ada kontak erat dengan pasien covid 19, namun menunjukkan gejala Covid, sebaiknya melakukan swab PCR karena dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Apalagi ketika anak berada diruang yang berinteraksi dengan banyak orang termasuk kelompok berisiko tinggi. 

Varian omricon ini, lanjutnya, gejala lebih ringan dibanding delta. Tetapi ada kelompok risiko tinggi jika terkena omricon akan parah gejalanya. Mereka adalah kelompok lansia, kelompok yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), dan anak-anak. 

“Ketiga kelompok ini, jika terkena covid akan menunjukkan gejala yang parah,” ujarnya. 

Kelompok berisiko tinggi lainnya adalah yang tidak divaksinasi covid. Ia mengatakan, jika ada anak batuk pilek dan dirumah ada kelompok berisiko tinggi, sebaiknya lakukan swab PCR. Jika tidak mau diperiksa, sebaiknya anak bergejala dipisahkan dari kelompok risiko tinggi. 

Lalu tes apa yang harus dilakukan? Apakah cukup rapid tes antigen atau harus melakukan PCR? Ia menjelaskan antigen bisa mendeteksi hasilnya positif apabila jumlah partikel virus cukup banyak. Biasanya ketika puncak replikasi atau perkembang biakan virus tinggi. Namun, ketika kadar tidak tinggi, tidak bisa terdeteksi.

Sementara, pemeriksaan PCR bisa mendeteksi meski partikel virus meski hanya sedikit. Pemeriksaan PCR akan memperkuat sinyal partikel virus ketika hanya sedikit saja partikel virusnya.

“Sudah banyak sekali kasus, ketika antigen negatif, apalagi bergejala, tapi ketika dicek PCR dia positif. Jadi ketiga bergejala dan kita curiga covid, antigen negatif saja, tidak menyingkirkan kemungkinan covid, sehingga harus dilanjutkan dengan PCR,” paparnya.

Swab PCR pada anak lebih sulit dibanding dewasa. Ini karena anak memiliki lapang pandang atau lapang nasofaring pada anak lebih sempit. Selain itu, anak tidak kooperatif. Orang dewasa saja, ketika swab melakukan refleks. 

Pemeriksaan sekali saja, tidak cukup. Maka ketika dirumah sakit, biasanya dilakukan dua kali PCR. Hal ini untuk memastikan jika masuk ruang isolasi, anak tidak positif Covid dan menularkan pada pasien lainnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler