Pembelajaran Talks Show dalam Sejarah
Pembelajaran Talks Show dalam Sejarah
Pada esensinya, pendidikan bertujuan tidak hanya menghasilkan generasi muda yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia tetapi pendidikan juga harus mampu membentuk jiwa nasionalisme pada setiap peserta didiknya. Manusia yang cerdas, berbudaya tanpa diimbangi dengan rasa nasionalisme akan menghancurkan bangsa itu sendiri. Bangsa Indonesia jangan sampai menjadi bangsa yang kehilangan jati diri dan kepribadiannya karena tidak mampu mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya yang semata-mata hanya mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semata. Sistem pendidikan dan cara yang ada sering menjadi sasaran kritik dan kecaman karena seluruh peningkatan sistem pendidikan tersebut masih diragukan. Generasi muda banyak yang memberontak terhadap metode-metode dan sistem pendidikan yang ada yang mampu melenyapkan sifat-sifat humanisme dan nasionalisme.
Pendidikan merupakan kebutuhan untuk kehidupan yang manusiawi. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seorang atau kelompok melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui pendidikan dan kesadaran pentingnya pendidikan manusia diharapkan memiliki sikap dan perilaku yang berbudi sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Melalui pendidikan, manusia dapat mendewasakan dirinya agar mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah sebuah proses pembinaan karakter intelektual dalam diri seseorang untuk menjadi lebih baik. Proses pembelajaran ada 3 muatan pokok yg memberikan warna dalam sebuah pembinaan diri mulai dari sisi pengetahuan,ketrampilan dan sikap. 3 elemen dasar ini harus ada dan bagian dasar pola pembinaan pembelajaran. Belajar itu adalah proses sosialisasi diri dan pribadi untuk menjadi terampil, menjadi bijak, menjadi karakter mumpuni bagi kehidupannya. Sehingga proses pembelajaran merupakan sinergi dalam membentuk karakter diri dengan pelibatan semua unsur pendukung.
Kegiatan Belajar mengajar bukan hanya 1 arah dari guru semata. Tapi harus dua arah melibatkan baik dari guru maupun siswa. Model pembelajaran yg disajikan begitu banyak tinggal bagaimana mampu menerapkan. Dan model pembelajaran tinggal sarana saja untuk menumbuhkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Pada sisi menumbuhkembangkan karakter dan potensi peserta didik.
Menurut Kuntowijoyo (1995:18), Sejarah adalah rekontruksi masa lalu, rekontruksi dalam sejarah tersebut adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang. Sejarah itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa dalam kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta, urutan waktu dan tempat kejadian suatu peristiwa. Sejarah itu dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekedar melahirkan cerita dari suatu kejadian masa lampau tetapi pemahaman masa lampau yang didalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya. Sejarah itu juga sebagai cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa lampau.
Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini. Pendidikan sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Sejarah Indonesia merupakan kajian mengenai berbagai peristiwa yang terkait dengan asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dan bangsa Indonesia pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sejarah Indonesia dapat juga dimaknai sebagai kajian tentang kemegahan/keunggulan dan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia untuk ditransformasikan kepada generasi muda shingga melahirkan generasi bangsa yang unggul dengan penuh kearifan (Kemendikbud, 2013).
Lebih lanjut Kemendikbud (2013) pada landasan kurikulum 2013 menjelaskan, mata pelajaran Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar: 1) Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah; 2) Memandang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan; 3) Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa atau tokoh di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang sama penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia; 4) Memiliki tugas untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI dan seluruh periode sejarah pada generasi muda bangsa; 5) Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam mempelajari Sejarah Indonesia.
Mata pelajaran sejarah seharusnya menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga menimbulkan semangat dan keinginan siswa untuk mempelajarinya namun kenyataan mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi siswa, karena mereka menganggap hanya pelajaran masa lalu, kalau dibiarkan tentu akan merugikan pembelajaran sejarah sendiri padahal pembelajaran sejarah mempunyai arti penting bagi peserta didik, terutama untuk menanamkan nilai nasionalisme atau kebangsaan kepada peserta didik, nilai perjuangan untuk mempertebal semangat berbangsa dan bernegara, rasa cinta tanah air dan rela berkorban.
Dalam pembelajaran juga bisa menghadirkan pembelajaran diskusi dengan model seperti yg ada di dalam televisi,radio dan lainnya yg disebut dengan talks show. Model ini bisa dijadikan acuan dalam pembelajaran di kelas karena ada pelibatan siswa dalam mengembangkan narasi dan gagasannya. Gelar wicara atau tayang bincang (Bahasa Inggris: talk show; chat show) adalah suatu jenis acara televisi atau radio yang berupa perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang "tamu" tentang suatu topik tertentu (atau beragam topik) dengan dipandu oleh pemandu gelar wicara. Tamu dalam suatu gelar wicara biasanya terdiri dari orang-orang yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan isu yang sedang diperbincangkan. Suatu gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya formal maupun santai dan kadang dapat menerima telepon berupa pertanyaan atau tanggapan dari pemirsa atau orang di luar studio.
Guru di sini kemudian memberikan materi yg bisa dikembangkan sesuai dengan Kompetensi Dasar yg ada dalam silabus. Guru memberikan ulasan dan arahan dalam membuat narasi dalam pembalajaran talks show. Guru pun menilai sesuai dengan subyek dan obyek materi yg disajikan. Gambaran pembelajaran talks show siswa diharapkan dapat mengembangkan karakter dan kepercayaan diri mereka. Karena setiap siswa ada peran yg dimainkan dalam proses pembelajaran tersebut. Di dalamnya terselip elaborasi,critical thinking,stimulus,komunikasi. Pembelajaran talks show bisa dijadikan sebagai pembelajaran abad 21. Sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran di mana kurikulum yang dikembangkan menuntut sekolah mengubah pendekatan pembelajaran. Yakni yang berpusat pada pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peseta didik (student centered learning).
Siswa sebagai pusat belajar (student centered) merupakan harapan dan tujuan dari pembelajaran abad 21 agar siswa kreatif, berfikir kritis, bekerja sama, dan menjalin komunikasi yang baik antar sesama teman dan juga guru. Sehingga siswa ketika lulus atau terjun ke lapangan mempunyai karakter dan keterampilan serta wawasan yang baik. Pembelajaran abad 21 dengan model taks show dalam pembelajaran mampu memberikan warna terhadap siswa menelaah materi yg di dapat dan diberikannya. Bahkan mereka bisa memcontoh ketika dia menjadi narasumber, menjadi moderator atau host, atau peran kameramen. Di sini mereka dihadapkan untuk tampil yg maksimal sesuau dengan mereka.
Disinilah pembelajaran sejarah yg penuh dengan warna sesuai dengan kondisi zaman yg kerap mewarnai kehidupan peserta didik. Mereka bisa mewarnai dan diwarnai terhadap proses dialektika kehidupan zamannya. Peserta didik menjadi dirinya sendiri untuk tampil dan bermain peran dengan mencontoh tokoh. Praktik baik penbelajaran bagian siswa menjadi kreatif dengan narasi gagasan yg dikembangkan
B. Pelaksanaan pengajaran
1. Perencanaan.dan persiapan
Pada tahap ini, yang dipersiapkan komponen-komponen sebagai berikut:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran(RPP)
b. Mempersiapkan siswa yg cocok dg tokoh yang di perankan
c. Mempersiapkan naskah untuk bermain peran/sosiodrama
d. Mempersiapkan alat bantu yang diperlukan
e. Menyusun soal tes
2. Pelaksanaan/ tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah apa saja yang dilakukan guru selama pembelajaran sebagai upaya peningkatan prestasi siswa/hasil belajar siswa sesuai dengan model pembelajaran Sosiodrama yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka tindakan yang dilakukan seperti berikut:
a. Pertemuan pertama tahap 1
a) Guru masuk kelas dan membuka pelajaran.
b) Guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran
c) Guru mengarahkan pembelajaran kepada metode talks show yang baik dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain peran.
d) Dalam pembelajaran model ini awalnya dibentuk kelompok 6 orang setiap kelompoknya bisa juga kurang tergantung dari jumlah siswa yg terdapat dalam kelas.
e) Setelah setiap kelompok berkumpul serta berdiskusi menentukan peran dari masing-masing peserta didik.
f) Peran itu antara lain ada yg menjadi presenter, narasumber serta peran lain agar kegiatan pembelajaran itu menarik.
g) Guru menyuruh siswa membuat narasi kepada siswa
h) Siswa mendiskusikan permasalahan yang terdapat dalam
i) Secara kelompok melalui talks show siswa membaca dan menghayati narasi yang mereka punyai
j) Guru menugaskan siswa mempelajari di rumah naskah yang sudah dibagikan untuk pertemuan selanjutnya.
b. Pertemuan kedua
a) Guru menanyakan kepada siswa apakah mereka sudah mempelajari dan menghayati naskah yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya.
b) Guru melaksanakan proses belajar-mengajar dengan metode sosiodrama.
c) Siswa secara tampil sesuai dengan peran yang telah ditentukan.
d) Guru sebagai pengamat memberi masukan, dan evaluasinya terhadap penampilan siswa dalam bermain peran.
e) Guru mengadakan evaluasi terhadap kelompok yang sudah tampil
c. Pertemuan ketiga
a) Guru menanyakan kepada siswa apakah mereka sudah mempelajari dan menghayati naskah yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya.
b) Guru melaksanakan proses belajar-mengajar dengan metode sosiodrama.
c) Siswa secara tampil sesuai dengan peran yang telah ditentukan.
d) Guru sebagai pengamat memberi masukan, dan evaluasinya terhadap penampilan siswa dalam bermain peran.
e) Guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap beberapa kelompok yang sudah tampil.
f) Guru mengadakan tes pada siklus pertama pertemuan ketiga untuk melihat ketercapaian KD
e. Pertemuan keempat
a) Guru membuka pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
b) Siswa tampil memerankan tokoh yang ada dalam naskah.
c) Diskusi dan evaluasi terhadap penampilan siswa.
d) Setiap pemeranan mengungkapkan pengalaman selama dan sesudah bermain peran dan merumuskan generalisasi atas pengalaman yang diperoleh.
e) Guru memberikan pujian terhadap siswa yang baik dalam bermain peran
f) Guru memberikan penguatan terhadap dialog-dialog siswa yang sesuai dengan KD.
g) Guru dalam proses belajar menekankan kepada indikator yang ingin dicapai.
h) Guru menutup proses belajar mengajar dengan memberikan tes akhir
C.Pengamatan / observasi
Bentuk tes yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah tes prestasi yang tujuannya adalah untuk mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari sesuatu. Tes yang diberikan adalah sesuai dengan KD
D. Refleksi
Hakikat refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum atau tidak tuntas pada proses PBM yang sudah berjalan. Kegiatan meliputi analisis, síntesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan.