Berubah Sikap, Kali Ini Trump Kutuk Invasi Rusia di Ukraina
Trump mengutuk invasi Rusia di Ukraina dan mengaku berdoa untuk rakyat Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu (26/2/2022) mengutuk invasi Rusia di Ukraina dan mengaku dirinya berdoa untuk rakyat Ukraina. Trump menyampaikan hal itu dalam pidatonya di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) di Florida.
Beberapa jam sebelumnya, AS dan sekutunya mengumumkan sanksi baru kepada Rusia. Mereka akan mendepak sejumlah bank Rusia dari sistem pembayaran global dan membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk mendukung mata uang rubel.
Di depan kerumunan peserta CPAC, Trump mengungkapkan simpatinya kepada rakyat Ukraina dan kali ini memuji Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Dia menyebut Zelenskiy "berani" karena dia tetap bertahan di Kiev, ibu kota Ukraina.
"Serangan Rusia terhadap Ukraina mengerikan. Kita berdoa bagi rakyat Ukraina yang bangga. Tuhan memberkati mereka semua," kata Trump.
Perkataan Trump itu bertolak belakang dengan sikap dia sebelumnya ketika memuji Presiden Rusia Vladimir Putin. Awal pekan ini, Trump membuat jengkel sejumlah anggota partai Republik setelah menyebut tindakan Putin di Ukraina sebagai "jenius" dan "cukup cerdas". Trump menggunakan panggung CPAC untuk menyerang Presiden Joe Biden. Dia mengatakan Putin menyerang Ukraina dengan memanfaatkan "kelemahan" Biden.
Trump mengaitkan invasi itu dengan pemilihan presiden AS 2020, lagi-lagi dengan menuduh adanya kecurangan di balik kemenangan Biden.
"Seperti yang dipahami setiap orang, bencana mengerikan ini tak akan pernah terjadi jika pemilihan kita tidak dicurangi dan jika saya presidennya," kata dia.
"Andalah presidennya!" teriak seorang perempuan dari kerumunan peserta.
Trump juga menyebut invasi Rusia di Georgia terjadi selama pemerintahan George W. Bush dan aneksasi Krimea saat AS dipimpin oleh Barack Obama.
"Saya berdiri sebagai satu-satunya presiden di abad 21 yang tidak melihat Rusia menginvasi negara lain."
Trump mengatakan dirinya benar mengatakan Putin cerdas karena Presiden Rusia itu menipu para pemimpin dunia."Masalah yang sebenarnya adalah pemimpin kita bodoh, bodoh. Begitu bodoh," kata dia.
Sebelumnya dalam sebuah wawancara pada Sabtu, Biden mengolok-olok komentar Trump bahwa Putin adalah seorang "jenius"."Saya lebih percaya dengan Trump yang mengatakan bahwa Putin seorang jenius daripada ketika dia menyebut dirinya jenius yang stabil," kata Biden.
Selama konferensi CPAC yang berlangsung empat hari dan berakhir pada Ahad, para politikus konservatif berkali-kali mengatakan bahwa Putin menginvasi Ukraina karena dia tahu bahwa Biden "lemah".