Presiden Prancis Desak Belarus Hentikan Rusia
Prancis ingatkan persaudaraan yang mendalam antara rakyat Belarusia dan Ukraina.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Belarus untuk menuntut Rusia melakukan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.
Macron menekankan terhadap Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko melalui panggilan telepon pada Sabtu (27/2/2022). Prancis mengatakan bahwa Rusia telah melakukan perang secara sepihak dan tidak adil.
Lebih lanjut, Macron mengingatkan kepada Lukashenko tentang persaudaraan yang mendalam antara rakyat Belarusia dan Ukraina. Menurutnya, hal itu seharusnya membuat Belarus menolak untuk menjadi ‘bawahan’ Rusia dan kaki tangan de facto dalam perang melawan Ukraina.
Macron menegaskan perlunya Belarusia bekerja sama dengan komunitas internasional untuk melakukan operasi bantuan untuk Ukraina. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pasukan yang ditempatkan di Belarus sebagai bagian dari latihan militer akan diberangkatkan pada akhir latihan.
Namun, sejak peluncuran operasi militer Rusia awal pekan ini, pihak berwenang Ukraina mengklaim negara itu menghadapi serangan artileri. Pasukan Rusia juga memasuki negara itu di sepanjang perbatasan utara dengan Belarus.
Prancis sebelumnya mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Belarus karena membantu operasi militer Moskow di Kyiv. Pernyataan itu tidak menyebutkan pembalasan terhadap Minsk.
Meski demikian, dalam pembicaraan telepon Macron dan Lukashenko dari pihak Belarusia, yang dirinci di kantor berita milik negara, BELTA, tidak disebutkan mengenai penarikan pasukan Rusia. Dikatakan kedua kepala negara membahas konflik Rusia-Ukraina dan peran Belarus di Eropa selama lebih dari satu jam.
Mengenai Minsk yang mengizinkan Rusia untuk menyebarkan senjata nuklir di tanah Belarusia, laporan BELTA mengatakan Lukashenko mencatatnya sebagai berita palsu.