Kekerasan Muslim di India, 'Kami Diperlakukan Seperti Kambing Qurban'

Muslim menyebut di bawah pemerintahan nasionalis Hindu BJP, mereka warga kelas dua.

AP/Manish Swarup
Seekor kucing liar duduk bersama umat Muslim menunggu untuk berbuka puasa pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Jama, di New Delhi, India, Rabu, 14 April 2021. Kekerasan Muslim di India, Kami Diperlakukan Seperti Kambing Qurban
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW -- Negara bagian Uttar Pradesh (UP) di India telah menjadi berita utama atas kejahatan kekerasan terhadap Muslim sejak 2014 ketika Partai Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa di India. Tiga tahun kemudian, partai itu menang telak di negara bagian tersebut.

Baca Juga


BJP menunjuk Yogi Adityanath, seorang biksu Hindu berjubah kuning kunyit yang menjadi politikus sebagai menteri utama. Ia dikenal karena sikap anti-Muslimnya. Dalam beberapa hari setelah kemenangan itu, satu desa UP memasang poster yang meminta umat Islam untuk pergi.

Uttar Pradesh adalah salah satu negara bagian pertama yang mengesahkan undang-undang menentang perpindahan agama secara paksa yang kerap digunakan untuk melecehkan dan memenjarakan pria Muslim dalam hubungan antaragama dengan wanita Hindu. Sementara itu, Muslim yang memprotes undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial dipukuli dan harta benda mereka disita, sampai Mahkamah Agung menyatakannya ilegal.

Selama pandemi, para pemimpin BJP menuduh pria Muslim melakukan "jihad Corona" atau perilaku yang diduga menyebarkan virus tersebut. Diskriminasi sehari-hari seperti itu, yang jauh lebih berbahaya, meminggirkan umat Islam. Padahal umat Islam di UP berjumlah 40 juta dan hampir 20 persen dari populasi UP.

Pada pertengahan Agustus tahun lalu, kelompok Hindu yang main hakim sendiri menyerang sebuah warung makan populer yang dijalankan oleh tiga bersaudara Muslim di kota kuil Mathura di negara bagian India utara ini. Abid, salah seorang yang mengelola Shrinath Dosa Corner tersebut, mengatakan orang-orang itu menuduh mereka mengambil keuntungan dari nama dewa Hindu dan merobek poster dan papan nama mereka.

"Mereka bilang orang Hindu makan di sini karena mereka mengira Anda orang Hindu," kata Abid, dilansir di BBC, Rabu (2/3/2022).

Kios Abid terletak di pasar yang menjual barang-barang elektronik, hanya beberapa kilometer dari kuil yang didedikasikan untuk dewa Hindu Krishna. Shrinath sendiri adalah nama lain untuk Krishna dan orang beragama ini percaya Mathura adalah tempat kelahirannya.

Setiap warung makan di dekat kuil tersebut dinamai sesuai nama dewa tersebut, kecuali milik Abid yang sekarang disebut American Dosa Corner. Setelah video penyerangan ini menjadi viral, Abid mengajukan pengaduan polisi dan salah satu pengacau ditangkap. Tetapi enam bulan kemudian, seorang jurnalis lokal mengatakan Abid mencoba mengecilkan insiden itu karena dia tidak ingin ada masalah lain.

Di saat negara bagian ini menggelar pemilihan suara untuk memilih pemerintahan baru, anggota komunitas Muslim mengatakan kepada BBC di bawah pemerintahan nasionalis Hindu BJP, mereka telah menjadi warga kelas dua. Pensiunan profesor teologi di Universitas Muslim Aligarh, Mufti Zahid Ali Khan, mengatakan Menteri Utama Adityanath berperilaku seperti politikus BJP, bukan pejabat pemerintah.

"Sejak dia berkuasa, umat Islam hidup dalam ketakutan. Setiap kali anak-anak kami pergi, para wanita kami berdoa agar mereka kembali dengan selamat," kata Ali Khan.

Sementara itu, pemerintah membantah pandangan Muslim tersebut. Legislator dan wakil presiden BJP di negara bagian UP, Vijay Pathak, mengatakan tidak benar Muslim di UP merasa terpinggirkan.

"Pemerintah tidak mendiskriminasi berdasarkan kasta atau agama. Muslim akan memilih kami dalam jumlah yang lebih besar dalam pemilihan ini," katanya.

Para kritikus menunjuk pada pernyataan anti-minoritas baru-baru ini yang dibuat oleh Yogi dan beberapa pemimpin partainya. Seorang anggota parlemen BJP mengatakan jika terpilih kembali, dia akan memastikan umat Islam berhenti memakai kopiah dan mulai memakai pasta vermillion yang digunakan umat Hindu. Sementara bulan lalu, para pemimpin agama Hindu menyerukan serangan terhadap masjid dan imam Islam.

Mantan legislator dari partai oposisi Samajwadi di Aligarh, Zamirullah Khan, mengatakan  mereka bekerja dengan umat Hindu, berdagang dengan mereka, menghadiri penikahan di keluarga masing-masing. Namun demikian, politik kebencian telah meningkat dan itu menjadi fokus yang lebih tajam setiap kali pemilihan sudah dekat.

Aktivis Muslim berjalan selama unjuk rasa menentang RUU Petani di Kolkata, India Timur, 11 Desember 2020. Para petani di seluruh India menuntut pengembalian tiga RUU Agri dari Pemerintah Pusat dan RUU Listrik 2020, yang menyatakan bahwa ini bertentangan dengan kepentingan dari para petani. Ribuan petani berkumpul dan mencoba melintasi titik-titik perbatasan New Delhi yang tertutup rapat untuk mengadakan protes terhadap undang-undang pertanian baru Pemerintah. Para petani telah dihentikan oleh polisi di berbagai titik di luar perbatasan Delhi yang terhubung dengan negara bagian tetangga Haryana dan Uttar Pradesh - ( EPA-EFE/PIYAL ADHIKARY)

"Kami diperlakukan seperti kambing qurban, kami diberi makan dan digemukkan dan kemudian disembelih untuk pesta. Politikus menyiapkan sentimen anti-Muslim untuk mempolarisasi orang-orang dan memenangkan suara. Setelah pemilihan selesai, semua orang pulang," katanya.

Menurut data resmi, Muslim adalah kelompok agama termiskin di India dan hampir 46 persen dari mereka bekerja di sektor informal sebagai tukang listrik, tukang ledeng, penjual, dan pekerja harian. Hal itu tidak ada bedanya di UP.

Sementara pandemi ditambah dengan kebijakan pemerintah, kata Khan, hanya memperburuk situasi mereka (Muslim). Pemerintah Adityanath telah menutup sekitar 150 rumah jagal (penyembelihan hewan) dalam empat setengah tahun terakhir dengan alasan mereka beroperasi secara ilegal. Rumah jagal secara tradisional dijalankan oleh Muslim, terutama untuk berqurban. Rumah jagal yang buka terpaksa tutup selama berhari-hari selama festival Hindu di banyak distrik.

Seorang pemilik restoran di Mathura, Zakir Hussain, mengatakan hal itu telah memukul keras tukang daging dan memaksa banyak konsumen mengubah pola makan mereka. Selama delapan tahun terakhir, Hussain dan saudara-saudaranya telah menjalankan Restoran Majeed, yang terkenal dengan briyani ayam dan menyajikan 500 porsi makanan sehari.

Namun pada September 2021, Adityanath memerintahkan larangan menyajikan daging dalam radius 10 Km persegi (sekitar 4 mil persegi) di sekitar kuil Krishna. Kuil ini berbatasan dengan masjid dan area rumah bagi banyak keluarga Muslim. Dalam semalam, hidangan khas menghilang dari menu Majeed, seperti yang biasa dipesan sebagian besar pelanggan.

"Puluhan restoran dan sekitar 100 toko yang menjual daging dan telur tutup dan ribuan orang kehilangan mata pencaharian," kata Hussain.

Saudaranya, Shakir, mengatakan hal demikian dilakukan untuk membuat mereka sebagai Muslim keluar dari bisnis. Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir, beberapa restoran non-vegetarian yang dijalankan umat Hindu muncul di luar zona terlarang.

Sadhus melompat dari dinding, menjelang upacara peletakan batu pertama sebuah kuil yang didedikasikan untuk dewa Hindu Ram di Ayodhya, di negara bagian Uttar Pradesh, India, Selasa, 4 Agustus 2020. Upacara peletakan batu pertama hari Rabu mengikuti keputusan Mahkamah Agung India yang terakhir. November mendukung pembangunan kuil Hindu di situs yang disengketakan di negara bagian Uttar Pradesh. Orang Hindu percaya bahwa dewa mereka, Ram, lahir di lokasi itu dan mengklaim bahwa Kaisar Muslim Babur membangun sebuah masjid di atas sebuah kuil di sana. Masjid Babri abad ke-16 dihancurkan oleh kelompok Hindu garis keras pada bulan Desember 1992, memicu kekerasan besar-besaran Hindu-Muslim yang menewaskan sekitar 2.000 orang. - (AP/Rajesh Kumar Singh)

Mereka juga menyewa tempat di zona aman untuk membuka restoran baru. Tetapi pada hari ketiga, mereka diserang, diduga dilakukan oleh gerombolan nasionalis Hindu.

"Mereka meminta kami memberi mereka makanan gratis dan membayar uang perlindungan setiap bulan. Ketika kami menolak, mereka menggeledah restoran dan menyerang kami," kata Zakir Hussain.

"Saya kehilangan tiga gigi, rahang saya patah, saya dirawat di rumah sakit selama sebulan. Kakak saya dan kerabat lainnya juga terluka," tuturnya.

Zakir Hussain menambahkan mereka telah mengajukan pengaduan ke polisi. Penyerang mereka mengajukan kontra-komplain, menuduh perkelahian dimulai karena Hussain mencoba memaksa mereka makan daging sapi. Banyak orang Hindu menganggap sapi itu suci dan daging sapi dilarang di banyak negara bagian, termasuk di UP.

Sementara itu, keluarga Hussain dan beberapa pemilik restoran lainnya telah mengajukan petisi ke pengadilan tinggi Allahabad agar larangan itu dihapuskan. Shakir Hussain mengatakan BJP memainkan permainan yang berbahaya.

"Kebencian telah menyebar begitu banyak sehingga orang takut. Hindu takut Muslim, Muslim takut Hindu," ujarnya.

Jurnalis Alishan Jafri, yang mendokumentasikan kasus-kasus kekerasan terhadap Muslim, mengatakan pidato-pidato yang menghasut oleh para pemimpin BJP dan pendeta Hindu bukan lagi hanya retorika kosong. Menurutnya, ujaran kebencian ini berdampak pada kehidupan dan mata pencaharian umat Islam.

"Muslimness, identitas Muslim sedang diserang di negara bagian ini dan di seluruh India. Menjadi diterima bahwa umat Hindu memiliki hak untuk merasa tersinggung dengan apa yang dikenakan atau dimakan Muslim atau dengan siapa mereka menikah. Ini adalah pembersihan budaya yang perlahan terhadap Muslim," kata Jafri. 

 

https://www.bbc.com/news/world-asia-india-60544034

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler