Pakar Ulas Kesalahan Orang Tua dalam Membentuk Kebiasaan Makan Anak

Orang tua harus memperbaiki kesalahan pengasuhannya soal kebiasaan makan anak.

Republika/Prayogi
Anak sulit makan (ilustrasi). Ada banyak tekanan pada orang tua untuk memberi makanan sehat sempurna untuk buah hati.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak Anda tidak suka makan sayur dan makanan sehat lainnya? Menurut para ahli, ini semua berawal dari kesalahan orang tua.

Pakar makan intuitif, Laura Thomas, mengatakan Anda tidak boleh menekan anak-anak untuk makan sayuran. Sebab, itu hanya akan menjadi bumerang.

Laura mengatakan, orang tua perlu mengembangkan hubungan makan yang positif. Menurutnya, memberi makan keluarga bisa jadi cukup sulit tanpa berusaha memenuhi menu-menu yang sering dilihat di Instagram.

"Anda tidak perlu menghias makanan anak dengan mentimun berbentuk potongan bentuk hati atau memotong sandwich menyerupai pohon kecil, kadang-kadang kapasitas kita cuma sekadar mengoleskan selai kacang di atas roti bakar saja, tetapi itu pun sebenarnya sudah cukup," ujar ahli gizi dan pendiri London Centre for Intuitive Eating (LCIE) tersebut, seperti dilansir laman The Sun, Jumat (4/3/2022).

Laura mengatakan, ada banyak tekanan pada orang tua untuk memberi makanan sehat sempurna untuk buah hati. Di sisi lain, proses ini sering kali membuat orang tua juga kepayahan dan kerap menyebabkan buah hati tumbuh menjadi anak yang pemilih soal makanan serta mendatangkan masalah lain bagi anak.

Para ahli di LCIE mengatakan, membatasi makanan anak sebenarnya malah bisa membuat anak makan walaupun merasa tidak lapar. Pada gilirannya, ini justru mendorong anak lebih mungkin untuk menyelinap ke dapur, makan diam-diam.

Baca Juga


Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan anak menggunakan makanan untuk menenangkan emosinya. Memberi tekanan pada anak-anak untuk menghabiskan makanan mereka atau memakan sayuran dapat meningkatkan kemungkinan mereka akan menjadi pemakan yang rewel. Ini bisa membuat waktu makan lebih menegangkan bagi seluruh keluarga.

"Kita merekomendasikan ukuran porsi, menentukan berapa banyak kalori yang harus dimiliki oleh makanan ringan anak, "menyuap" mereka untuk makan sayuran dengan menawarkan mereka stiker bintang," ujar Laura dalam postingan di Instagram-nya.

Laura menyebut, orang tua terbiasa untuk membatasi makanan anak, tapi melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Setelah itu, mereka malah keheranan sendiri mengapa anak-anak nya memilih pisang padahal ada permen.

Laura mengatakan, orang tua telah berperan sebagai "polisi" tubuh anak dan mendorong gagasan ada cara makan yang benar dan salah. Setelah melakukan semua ini, mereka malah bingung mengapa anak-anak tidak merasa aman di meja makan.

"(Kita bertanya-tanya) Mengapa anak-anak tidak makan banyak, tapi kemudian menyelundupkan permen dan menyembunyikan bungkusnya di bawah tempat tidur mereka. Mengapa mereka menjadi 'rewel' dan 'pilih-pilih' dan kehilangan kemauan saat waktu makan," ujar Laura seraya mengajak orang tua memutus tradisi makan yang salah seperti itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler