Orang Kaya yang Ideal, Seperti Apa?

Menjadi orang yang kaya sangatlah wajar.

spdi.eu
Orang kaya raya (ilustrasi). Allah SWT dan Rasul-Nya pun menghendaki agar umat Islam menjadi orang yang kaya paripurna, yakni kaya lahiriah dan batiniah.
Rep: Andrian Saputra Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi orang yang kaya sangatlah wajar. Allah SWT dan Rasul-Nya pun menghendaki agar umat Islam menjadi orang yang kaya paripurna, yakni kaya lahiriah dan batiniah.

Baca Juga


Dalam QS Hud ayat 15 dapat ditemukan keterangan tentang bagaimana Allah SWT mudah untuk menjadikan seseorang menjadi kaya. Kendati demikian, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar, menjelaskan, kekayaan yang terpenting untuk dimiliki seorang hamba bukanlah sekadar banyak harta, melainkan juga memiliki kekayaan jiwa.

"Kekayaan yang paling puncak adalah kaya materi dan kaya jiwa. Orang yang kaya jiwa berarti hartanya digunakan untuk mengalir ke langit," kata Prof Nasaruddin dalam kajian tasawuf di Masjid Agung Sunda Kelapa, beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Imam Besar Istiqlal itu menjelaskan, risiko menjadi orang kaya juga tak kalah besarnya dengan hidup menjadi orang fakir. Apabila kefakiran berpotensi membuat orang kufur hingga menggadaikan keiman annya untuk memperoleh kebutuhan hidup, kekayaan juga berpotensi mendatangkan ke sombongan, kufur nikmat, dan cinta berlebih an terhadap dunia.

Karena itu, Prof Nasaruddin menjelaskan, di antara doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad adalah memohon hidup dalam keadaan miskin. Maksudnya yakni agar memiliki perasaan miskin di hadapan Allah SWT. Karena itu, meski memiliki harta yang banyak, seseorang tidak merasa sombong sebab menyadari bahwa Allah Yang Mahakaya dan agar dikumpulkan dengan orang-orang yang sama-sama memiliki perasaan sebagai hamba yang miskin di hadapan Allah.

 

 

Prof Nasaruddin mengatakan dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan tentang sifat-sifat tercela yang cenderung menjangkiti orang yang kaya. Di antaranya yakni kikir dan pelit. Dia enggan sedikit pun untuk ber sedekah atau menolong orang lain dengan har ta yang dimiliki.

Prof Nasaruddin menjelaskan, kelak di yaumil hisab orang kaya yang kikir dan pelit akan mengalami kesulitan dan Allah akan menempatkannya di neraka. Selain itu, orang kaya juga rentan untuk dihinggapi sifat tamak. Saat ketamakan menyelimuti, orang tersebut akan terus berupaya menumpuk-numpuk kekayaannya bahkan dengan melakukan berbagai cara sekalipun jalan yang batil.

Orang yang kaya juga rentan dihinggapi sifat sombong dan angkuh. Prof Nasaruddin mencontohkan orang kaya yang sombong akan cenderung mendemonstrasikan kekayaan yang dimilikinya di tengah-tengah orang lain yang tengah mengalami kesusahan atau penderitaan.

Lebih lanjut, Prof Nasaruddin mengatakan orang yang kaya juga rentan melampaui batas dan riya dalam membelanjakan hartanya.Orang yang kaya juga rentan melakukan monopoli agar kekayaannya semakin bertambah banyak. Selain itu, mereka melakukan nepotisme dan korupsi dalam bisnisnya.

"Orang kaya seperti ini hidupnya tidak akan berkah. Hidupnya di dunia sudah bisa terlihat tidak berkah, apalagi di akhirat," kata Prof Nasaruddin.

 

 

Namun, Prof Nasaruddin mengatakan, seorang Muslim hendaknya memohon kepada Allah agar menjadi orang kaya yang ideal karena memiliki sifat-sifat terpuji yang disenangi Allah dan Rasul-Nya, di antaranya memiliki sifat pemurah dan dermawan. Dia senang membantu orang lain dengan hartanya. Selain itu, dia tetap ramah dan santun meski kaya, bahkan memilih untuk hidup sederhana.

Lebih lanjut, menurut Prof Nasaruddin, orang kaya yang sangat disenangi Allah adalah orang kaya yang tawadhu. Ia tidak congkak kepada orang-orang di sekelilingnya, bahkan dirinya justru mampu menjadi teladan dalam memberikan penghormatan terhadap orang lain.

Selain itu, orang kaya yang ideal punya sifat yang jujur dan ahli ibadah. Hari-harinya tidak lagi disibukkan dengan terus-menerus mengejar dunia, tetapi lebih mementingkan untuk mem perbaiki hubungannya dengan Allah.Orang kaya yang ideal juga santun dan sederhana dalam bahasa dan berpenampilan serta peduli terhadap krisis yang dialami orang-orang di sekitarnya. Ia juga begitu memperhatikan terhadap kepentingan-kepentingan pranata agama. 

Karena itu, Prof Nasaruddin menjelaskan, bagi orang-orang yang diberikan kekayaan dalam hidup, harus mengerti maksud dan tujuan dari harta yang dimilikinya adalah semata-mata sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, dia harus memastikan har ta yang dimiliki adalah halal, baik (thayyib), dan berkah serta memperolehnya dengan akhlak yang baik. 

 

Orang yang kaya juga penting mengetahui bagaimana cara menggunakan hartanya dan mampu membedakan kebutuhan hajat, primer dan sekunder. Selain itu, dia mampu mem prioritaskan hak-hak orang lain dari harta yang dimilikinya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler