Ceramah di Masjid Kampus UGM, Anies Singgung 'Efisiensi'

"Mudah-mudahan mahasiswanya tidak kena efisiensi,” kata Anies.

Muhammad Rozy
Anies Baswedan berswafoto bersama para jamaah Ramadan Public Lecture di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (3/3/2025).
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengisi ceramah di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (Maskam UGM), Senin (3/3/2025). Anies pun menyentil terkait efisiensi saat baru membuka ceramahnya di depan mahasiswa. 

Baca Juga


“Katanya masjid kampus juga kena efisiensi, kena ya efisiensi? Mudah-mudahan mahasiswanya tidak kena efisiensi,” kata Anies yang disambut sorakan ‘amin’ oleh para peserta di Maskam UGM, Kabupaten Sleman, DIY.

“Bukan cuma amin, perjuangkan,” lanjut Anies membalas.

Anies bahkan juga menyinggung terkait dirinya yang bisa kembali ke UGM mengisi ceramah di Ramadhan 2025 ini. Sebab, katanya, pada 2024 ketika masih dalam masa pilpres ia tidak diundang untuk mengisi ceramah di Maskam UGM.

“Tahun lalu memang tidak ada undangan (mengisi di Maskam UGM), udah tahu kenapa ya? Agak sensitif kalau tahun lalu. Sekarang sensitifnya sudah hilang dan alhamdulillah suasana di sini terang benderang, siapa bilang gelap,” lanjut Anies dan diikuti tawa dari peserta di Maskam UGM.

“Saya terhormat betul bisa kembali ke sini (ke UGM) dan mengingatkan kepada masa ketika dulu kuliah. Kalau sedang RDK, waktu itu namanya RDK, Ramadhan di Kampus, kalau Ramadhan di kampus kita datang, pengen cepat-cepat dekat sama pembicaranya,” kata Anies.

Dalam ceramahnya, Anies berbicara terkait bagaimana pembangunan infrastruktur pendidikan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Menurutnya, berbicara tentang infrastruktur pendidikan tidak hanya terkait ‘hard infrastructure’, namun juga ‘soft infrastructure’.

“Ketika bicara infrastruktur pendidikan, jangan sekali-kali hanya membayangkan hard infrastructure. Yang tidak kalah penting adalah soft infrastructure, ini dibutuhkan, apalagi kalau kita bicara pendidikan di seluruh Indonesia,” ucapnya.

Anies menuturkan gap infrastruktur pendidikan di kota-kota besar dengan daerah pedesaan masih besar. Terutama di Pulau Jawa, yang mana infrastrukturnya masih jauh memadai jika dibandingkan dengan dengan daerah pedesaan atau daerah kepulauan di luar Pulau Jawa.

“Di Yogya dan di kota-kota besar lainnya, infrastruktur pendidikan relatif baik. Tapi begitu sampai ke daerah pedesaan, pegunungan, kepulauan kecil, maka kita akan menyaksikan infrastruktur yang sangat minim,” jelasnya.

 

Anies menuturkan, ketika kampanye pada masa Pilpres 2024, ia sempat berkeliling Indonesia dan melihat bagaimana ketimpangan infrastruktur pendidikan yang luar biasa di daerah-daerah pedesaan. Bahkan, katanya, banyak orang tua yang meminta agar anaknya dapat difasilitasi untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

“Yang hampir ditemui di semua tempat, paling aktif hadir dan menonjol di depan adalah ibu-ibu. Mereka selalu menyampaikan pesan yang konsisten dari satu tempat ke tempat lain, sederhananya begini ‘Pak anak saya pintar, bikin sekolah, beri beasiswa, anak saya perlu pendidikan’. Itu pesan konsisten dari satu tempat ke tempat lain dan mayoritas ibu-ibu yang mengatakan ini di tempat-tempat yang minim infrastruktur pendidikan. Karena mereka tahu bahwa untuk bisa mengubah nasib masa depan keluarganya, anaknya harus dapat kesempatan pendidikan. Pendidikan adalah kunci dan pendidikan adalah jalan menuju peningkatan kesejahteraan,” ungkap Anies.

Untuk itu, Anies menekankan bahwa sumber daya untuk pendidikan tidak boleh dikurangi, terlebih dengan adanya efisiensi anggaran yang juga berdampak pada pendidikan. Sebab, pendidikan merupakan ‘eskalator’ peningkatan ekonomi.

“Itulah sebabnya negara harus hadir, itu sebabnya sumber daya untuk pendidikan tidak boleh boleh dikurangi karena ini adalah eskalator sosial ekonomi. Jangan sampai sebagian dari kita yang sudah mendapatkan manfaat eskalator itu naik ke atas, sesudah kita naik ke atas kita lupa saudara-saudara kita yang belum dapat kesempatan,” ucap Anies. 

“Saudara sekalian yang hari ini duduk di kursi-kursi pengambil keputusan, saya bisa jamin mayoritas kakeknya neneknya buta huruf. Cek saja yang hari ini duduk di pengambil keputusan, dulu kakeknya buta huruf tidak? Saya hampir jamin ya, karena saat republik ini merdeka, 95 persen penduduk republik ini buta huruf dan mayoritas kita dulu seperti itu. (Tapi) Pendidikan lah yang mengubah, pendidikan lah yang menaikkan kesempatan itu,” lanjutnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler