Remaja Masjid Bisa Bantu Perangi Hoaks di Era Banjir Informasi
Indonesia memiliki banyak masjid.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI), Ahmad Syarifudin, mengatakan, remaja masjid harus mempunyai kemampuan menggunakan teknologi di era digital serta memiliki literasi digital yang baik. Supaya remaja masjid bisa membantu memerangi hoaks yang bertebaran di era seperti sekarang ini.
Syarifudin menyampaikan, di Indonesia ada banyak masjid yang jumlahnya diperkirakan mencapai lebih dari 800 ribu masjid. Jika setiap masjid memiliki remaja masjid yang aktif menyampaikan dakwah Islam rahmatan lil alamin dan kebenaran di media sosial, maka dampaknya akan sangat luar biasa bagi umat dan bangsa.
"Jika remaja masjid yang tersebar di ratusan ribu masjid dan aktif di media sosial menyampaikan kebenaran, maka mereka berpotensi juga untuk memerangi hoaks yang bertebaran di media sosial," kata Syarifudin kepada Republika, Ahad (6/3/2022)
Syarifudin yang juga Ketua Remaja Masjid Baitur Rosyidin Kabupaten Pemalang mengingatkan, hoaks yang bertebaran jika dibiarkan bisa membuat bodoh masyarakat, mengadu domba masyarakat, dan membuat gaduh. Hoaks bisa dibuat siapa saja yang memiliki kepentingan, bisa dibuat buzzer yang dibayar para elit, bisa juga dibuat orang atau kelompok yang jahil dan ingin mendapatkan keuntungan dari tersebarnya hoaks tersebut.
Ia menegaskan, siapapun pembuat hoaks, tetap yang namanya berita bohong harus diluruskan dan diperangai. Remaja masjid yang tersebar di ratusan ribu masjid bisa membantu memerangi kebohongan atau hoaks yang disebarkan ke media sosial.
"Saya meyakini memerangi kebohongan atau hoaks merupakan bagian dari perjuangan untuk kebaikan masyarakat, umat, bangsa dan negara," ujar Syarifudin.
Sebelumnya, Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan menggagas Gerakan Satu Masjid Satu Konten. Menurut Arief, di tengah banjirnya informasi, umat Islam masih banyak yang mendapatkan informasi dari media-media yang kurang kredibel.
“Ini sebenarnya yang menginspirasi kami juga untuk memulai mewacanakan bagaimana masjid-masjid itu harus jadi kantor berita. Kalau bisa gerakannya nanti Satu Masjid Satu Konten. Itu mungkin ke depan yang kita bayangkan," kata Arief.