Boneka Kokeshi Adat Ngarot Jadi Souvenir Khas Indramayu
Boneka kokeshi buatan warga binaan Lapas Kelas IIB Indramayu itu, jadi souvenir khas.
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Boneka kokeshi selama ini dikenal sebagai boneka khas Jepang. Namun, Kabupaten Indramayu juga kini miliki boneka kokeshi yang menampilkan kekhasan adat tradisi Indramayu, yakni kokeshi adat ngarot.
Seperti halnya boneka kokeshi dari Jepang, boneka kokeshi dari Kabupaten Indramayu juga terbuat dari kayu dan berbentuk mungil yang lucu. Bedanya, boneka kokeshi Indramayu menampilkan sepasang jajaka dan gadis ngarot, lengkap dengan pakaian khas mereka.
Untuk jajaka ngarot, pakaian khasnya berupa komboran. Sedangkan pakaian yang dikenakan gadis ngarot, berupa kebaya lengkap dengan hiasan bunga sebagai penutup kepalanya. Hiasan bunga pada kepala itulah yang menjadikan ciri khas ngarot, yang membedakannya dengan pakaian adat dari daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Tak hanya menampilkan tradisi ngarot, boneka kokeshi Indramayu juga memiliki keistimewaan lain. Boneka tersebut, lahir dari kreativitas para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu.
Jajaran Lapas Kelas IIB Indramayu pun memperkenalkan boneka kokeshi ngarot itu kepada Bupati Indramayu, Nina Agustina, di Pendopo Indramayu, Selasa (8/3). Dalam pertemuan itu, turut hadir Pimpinan Bank Jabar dan Banten (BJB) Cabang Indramayu.
Kepala Lapas Kelas IIB Indramayu, Beni Hidayat, menerangkan, awal mula pembuatan boneka kokeshi ngarot itu karena terinspirasi melihat foto Bupati Indramayu, Nina Agustina, mengenakan kostum gadis ngarot. Dia kemudian menantang warga binaan Lapas Kelas IIB Indramayu untuk membuat boneka kokeshi tersebut dengan tema adat ngarot.
"Saya tantang warga binaan, apakah bisa membuat boneka kokeshi dengan memakai pakaian ngarot. Dengan kreativitas yang tinggi? Alhamdulillah mereka berhasil membuatnya," ujar Beni.
Beni mengungkapkan, untuk mengoptimalkan boneka kokeshi ngarot, pihaknya akan terus mengembangkan segala kekurangan yang masih ada. Selain kokeshi ngarot, pihaknya akan menggali potensi budaya khas Indramayu lainnya untuk dibuat oleh para warga binaan Lapas Kelas IIB Indramayu.
"Pembuatan boneka kokeshi adat ngarot ini baru dilakukan satu bulan. Insya Allah akan terus dikembangkan, termasuk ada beberapa masukan dari Ibu Bupati untuk lebih meningkatkan daya tarik boneka kokeshi adat ngarot," tukas Beni.
Bupati Indramayu Nina Agustina, sangat mengapresiasi boneka kokeshi adat ngarot. Boneka kokeshi yang dibuat langsung warga binaan Lapas Kelas IIB Indramayu itu, menurutnya, sangat menarik dan bagus untuk dijadikan souvenir khas Indramayu.
"Bagus untuk souvenir Indramayu, lucu amat, beneran deh, seperti di Korea dan di Jepang," tutur Nina mengagumi boneka kokeshi adat ngarot.
Nina meminta, agar kreativitas yang dilakukan warga binaan Lapas Kelas IIB Indramayu bisa terus dikembangkan. Selain itu, untuk memperkenalkan boneka kokeshi adat ngarot, maka bisa dilakukan dengan mengikuti festival.
"Mungkin berkelanjutan, jangan sampai berhenti. Kan sayang, nanti mungkin bisa ikut festival. Ini sudah bagus, tinggal packaging-nya biar semakin menarik," ucap Nina.
Seperti diketahui, ngarot merupakan tradisi menjelang musim tanam (penghujan) yang dilaksanakan warga Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, sejak ratusan tahun lalu. Secara turun temurun, ngarot selalu dilakukan masyarakat di desa itu setiap tahun hingga saat ini.
Dalam tradisi ngarot, ditampilkan para gadis dengan hiasan bunga warna-warni di kepalanya. Bunga itu merupakan bunga segar tujuh rupa, di antaranya bunga kantil, mawar, kenanga, melati, chrisan, dan bunga soka. Itulah yang menjadi keunikan dari tradisi tersebut dan membedakannya dengan tradisi dari daerah-daerah lainnya.