Angka Kematian Akibat Covid-19 Diprediksi 3 Kali Lebih Tinggi dari Laporan

Covid-19 berpotensi menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak selama pandemi.

ANTARA/M Risyal Hidayat
TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Jumlah kematian yang sebenarnya dari pasien Covid-19 mungkin mencapai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan laporan, menurut penelitian yang dimuat di Lancet..
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam laporan resmi pada periode awal 2020 hingga akhir 2021, tercatat ada sekitar 5,94 juta kasus kematian akibat Covid-19 di dunia. Akan tetapi, studi dalam jurnal The Lancet mengungkapkan bahwa jumlah kematian yang sebenarnya mungkin mencapai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan laporan.

Studi tersebut mengestimasikan bahwa ada lebih dari 18 juta kasus kematian Covid-19 pada periode yang sama. Estimasi ini didapatkan dengan menggunakan enam model perhitungan dan data kematian akibat semua penyebab dari 74 negara dan wilayah, serta 266 lokasi subnasional.

Melalui studi ini, tim peneliti membangun model statistik untuk memprediksi tingkat kematian berlebih atau excess mortality dengan memanfaatkan laporan kematian akibat semua penyebab dari 74 negara dan wilayah serta 266 lokasi subnasional. Excess mortality adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara jumlah kematian yang terlihat pada suatu periode waktu spesifik dengan jumlah kematian yang diprediksi untuk rentang waktu yang sama.

Peneliti mengestimasikan tingkat excess mortality Covid-19 dengan cara membandingkan jumlah total kematian akibat semua penyebab dengan seberapa banyak kematian yang diprediksi berdasarkan tren terkini. Tim peneliti tidak menggunakan data dari periode yang terdampak oleh keterlambatan laporan dan anomali.

Tingkat excess mortality Covid-19 tertinggi ditemukan di Andes Amerika Latin, Eropa timur, dan Eropa tengah. Sedangkan tingkat excess mortality Covid-19 yang rendah terlihat di Asia timur, Australia, dan Asia Pasifik berpendapatan tinggi.

"Akumulasi kelebihan kematian global dari pandemi membuat Covid-19 berpotensi menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia selama periode pandemi," jelas tim peneliti, seperti dilansir Fox News, Ahad (13/3/2022).

Memahami dampak pandemi yang sebenarnya terhadap kematian merupakan hal penting. Pemahaman ini akan sangat berguna untuk pengambilan keputusan terkait kesehatan masyarakat serta penelitian di masa mendatang.

Baca Juga


Menurut Nature, ini merupakan studi pertama yang memberikan estimasi kematian berlebih di dunia terkait Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga akan mempublikasikan analisis terkait estimasi kematian berlebih pada akhir Maret 2022.

 

Kasus Kematian Covid-19 Varian Omicron di Tingkat Balita - (infografis republika)


Peneliti Haidong Wang yang juga seorang ahli demografi dan kesehatan populasi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak upaya untuk memisahkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19 dengan penyebab lain yang bukan merupakan dampak langsung dari pandemi.

Di sisi lain Wang juga menyoroti adanya beberapa perselisihan mengenai angka yang digunakan dalam studinya. Terkait hal ini, Wang mengatakan penggunaan model dan teknik yang berbeda akan memproduksi hasil yang berbeda.

Sebagai contoh, Johns Hopkins Coronavirus Resource Center mengestimasi ada 6.038.343 kematian Covid-19 sejak 2020. Meski begitu, ada pula studi lain yang menggunakan variabel berbeda tetapi mendapatkan hasil yang sangat mirip dengan studi yang dilakukan Wang.

Model dari The Economist, misalnya, melaporkan estimasi dunia yang sangat mirip dengan studi yang dilakukan Wang. Padahal, studi Wang menggunakan 15 variabel , sedangkan model The Economist menggunakan lebih dari 100 variabel untuk mengestimasi excess mortality.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler