Sidebar

11 Tahun Perang Suriah, Demonstran Suarakan Dukungan Bagi Ukraina

Wednesday, 16 Mar 2022 07:11 WIB
Tentara Suriah berjalan di Hassakeh, Suriah, Selasa (8/2/2022). 11 Tahun Perang Suriah, Demonstran Suarakan Dukungan Bagi Ukraina

IHRAM.CO.ID, IDLIB -- Ribuan pengunjuk rasa di daerah kantong oposisi Suriah yang dilanda perang di Idlib pada Selasa (15/3/2022). Mereka menandai 11 tahun sejak dimulainya pemberontakan anti-pemerintah sejalan dengan protes global atas invasi Rusia ke Ukraina.

Baca Juga


Berkumpul di alun-alun utama di kota barat laut Idlib, lebih dari 5.000 orang ambil bagian dalam salah satu aksi unjuk rasa terbesar di wilayah yang terkepung itu dalam beberapa bulan. Demonstran menganggap apa yang dialami Ukraina mirip dengan situasi di Suriah.

"Apa yang terjadi di Ukraina hari ini mirip dengan situasi di sini. Musuhnya sama dan tujuannya sama," kata salah seorang pengunjuk rasa, Radwan Atrash, dilansir Asharq al-Awsat, Rabu (16/3/2022).

Pada 15 Maret 2011 silam, terjadi pemberontakan nasional di Suriah terhadap kekuasaan Presiden Bashar al-Assad. Namun, Assad mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan kekuatan militernya untuk pemerintah Suriah sehingga mengubah arah konflik dan menyelamatkan kekuasaan Assad.

Perang itu menewaskan setengah juta orang, sebagian besar dalam serangan oleh pemerintah dan sekutunya, termasuk pasukan Rusia dan Iran, serta segudang kelompok milisi. Sekitar empat juta orang, setidaknya setengah dari mereka mengungsi, sekarang tinggal di wilayah barat laut Suriah yang merupakan kantong terakhir yang memerangi pemerintahan Assad meskipun bertahun-tahun melakukan serangan mematikan yang didukung Rusia.

Beberapa bendera Ukraina terlihat dalam unjuk rasa di Idlib, begitu pula spanduk yang mengekspresikan solidaritas dengan rakyat Ukraina dan menuntut tindakan terhadap Putin. Seorang petugas medis di antara para pengunjuk rasa di bundaran utama kota memiliki beberapa saran untuk rekan-rekannya di Ukraina.

"Bentengi rumah sakit Anda dengan balok semen. Musuh Putin tidak membedakan antara warga sipil, orang yang terluka, dan pejuang," kata Ali Hamoush, yang bekerja di rumah sakit Idlib.

Rusia telah berulang kali menargetkan fasilitas medis di Suriah, petugas medis, dan kelompok hak asasi manusia. Sebuah rumah sakit anak terkena serangan Rusia di kota Mariupol, Ukraina yang terkepung pekan lalu, memicu tuduhan kejahatan perang terhadap Putin.

Ketika konflik berlarut-larut, kelompok-kelompok hak asasi manusia telah memohon kepada masyarakat internasional untuk tidak melupakan Suriah. "Sementara kita melihat dengan kaget dan ngeri pada apa yang sedang berlangsung di Ukraina, kita diingatkan akan penderitaan yang intens dan memburuk yang telah dialami penduduk Suriah. Salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di zaman kita telah memburuk selama setahun terakhir di bawah bayang-bayang krisis di tempat lain," kata Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland.

Assad adalah salah satu dari sedikit kepala negara yang secara terbuka mendukung invasi Putin ke Ukraina. Moskow saat ini merekrut ribuan pejuang di Suriah, dari tentara reguler dan dari kelompok milisi, untuk disiagakan untuk kemungkinan penempatan di Ukraina. Perlawanan keras yang dihadapi oleh invasi pasukan Rusia dan status paria Putin yang semakin meningkat tampaknya menggembleng kerumunan Idlib.

"Pesan saya kepada rakyat Ukraina adalah 'Jangan menyerah'. Sebelas tahun telah berlalu, tetapi kami tidak gentar dan, Insya Allah, kemenangan adalah milik kami," kata pengunjuk rasa di Idlib, Salwa Abdelrahman.

 

Berita terkait

Berita Lainnya