Asal Kata Syaban Menurut Pakar Fikih

Syaban adalah bulan yang agung dan dimuliakan.

EPA
Masjid di Srinagar, Kashmir, India. Asal Kata Syaban Menurut Pakar Fiqih
Rep: Ali Yusuf Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Rumah Fiqih Ustadz Ahmad Zarkasih mengatakan, Syaban berasal dari kata al-sya’b. Al-sya'b mempunyai arti berkumpul atau terkumpul atau tempat berkumpul serta keadaan berkumpul.

Baca Juga


"Salah satu makna kenapa Syaban dinamakan Syaban , menurut beberapa referensi ini terkait dengan kebiasaan orang-orang jahiliyah yang memang suka berperang," kata Ustadz Ahmad melalui tausiyah daringnya, belum lama ini.

Dia mengatakan ketika bulan Rajab mereka berhenti karena itu adalah bulan yang dimuliakan dan diharamkan menumpahkan darah. Setelahnya masuk bulan Syaban, mereka berkumpul lagi setelah sebulan yang lalu mereka beristirahat. 

"Mereka berkumpul membangun kekuatan dan berperang," katanya.

Akan tetapi makna seperti itu tidak memberikan motivasi dan penyemangat untuk ibadah seorang Muslim. Karena itu Syaban diartikan oleh banyak ulama sebagai makna sya’b (berkumpulnya) banyak kebaikan Allah untuk hamba-Nya di bulan itu. 

"Juga diartikan sebagai jalan kebaikan yang diambil dari kata a’-Syi’b yang berarti jalan di pegunungan, dan itu sebutan untuk jalan kebaikan," katanya.

Juga diartikan Syaban itu maknanya al’Sya’b yang juga punya arti menambal, maksudnya Allah menambal hati-hati yang luka di bulan ini jika ia mendekat dengan ibadah kepada Allah SWT. Tentu suatu tempat atau juga waktu menjadi mulia dan terhormat sebab ada sesuatu yang mulia dan agung terjadi di dalamnya.

Syaban juga demikian. Ia menempati posisi yang dimuliakan dan sangat diagungkan dalam syariat karena adanya kejadian agung yang Allah adakah di dalamnya. 

 

 

Ustadz Ahmad mengatakan, di antara kejadian agung yang terjadi di dalam bulan Syaban  adalah dijawabya doa Nabi SAW oleh Allah SWT untuk memindahkan arah kiblat, dari Baitul maqdis kepada baitullah di Makkah. Dan akhirnya doa itu diijabah oleh Allah di bulan Syaban dengan turunnya ayat 144 surat al-Baqarah.

Ini terjadi setelah sebelumnya, Nabi SAW dengan permintaan serius setiap hari dengan mengadahkan bukan hanya tangannya ke langit tapi juga wajah beliau berharap ada wahyu turun sebagai jawaban. Yang juga terjadi di bulan Syaban adalah diangkatnya amal ibadah tahunan umat ini kepada Allah SWT, karena itu jugalah kemudian Nabi SAW melakukan ibadah puasa di bulan Syaban lebih banyak dari puasa sunnah yang biasa dilakukan di bulan-bulan lain.

Itu beliau SAW lakukan berharap ridha Allah SWT yang mengangkat amal dan beliau sedang dalam keadaan puasa.

"Dan karena itu pula, berpuasa di bulan Syaban menjadi ibadah puasa yang paling mulia diantara puasa-puasa sunnah lain setelah puasa Ramadhan. Dan itu disebutkan oleh Nabi SAW dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Imam al-Tirmidzi. 

Kemudian juga yang terjadi di bulan Syaban adalah turunnya ayat 56 surat al-Ahzab yang berisi perintah kepada kita dari Allah SWT untuk bershalawat kepada Nabi setelah sebelumnya Allah SWT melakukan itu bersama para malaikat-Nya. Ini menujukkan shalawat kepada Nabi SAW adalah ibadah yang sangat agung.

"Karena bukan hanya diperintahkan kepada kita tapi juga Allah melakukannya. Dan ibadah agung itu diturunkan di bulan Syaban; karenanya sangat layak jika dikatakan Syaban adalah bulan shalawat kepada Nabi SAW," katanya.

Dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif, Imam Ibn Rajab al-Hanbali meriwayatkan sesuatu dari sayyidina Anas bin Malik ra dengan sanad yang dilemahkan (dhaif), bahwa ketika masuk bulan Syaban orang-orang Muslim itu bersegera untuk menuju mushaf; maksudnya mereka membaca Alquran jauh lebih banyak dan lebih sering di bulan Syaban dibanding bulan lain.

Sekaligus mereka juga menghitung-hitung harta untuk mereka keluarkan zakatnya agar supaya orang miskin tercukupi nantinya ketika masuk bulan Ramadhan. Karena itu banyak ulama yang menyebut bahwa Syaban adalah bulan Alquran dan bulan berbagi. 

 

Yang juga dijelaskan oleh ulama, bahwa di dalam bulan Syaban ini ada satu malam mulia yakni malam nisfu sya’ban, dimana malam itu dengan hadits yang shahih bahwa Allah SWT menurunkan rahmat serta mengampuni hamba-Nya yang berbuat baik dan beristighfar di malam itu. Karena itu kemudian banyak tradisi yang muncul di banyak negara Muslim ketika malam nisfu sya’ban, mereka berkumpul dan berdoa berharap ampunan dan rahmat Allah. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler