2-6 Pekan Setelah Anak Sembuh Covid-19, Sindrom Peradangan Multisistem Bisa Muncul

Sindrom peradangan multisistem dapat terjadi enam pekan setelah anak sembuh Covid-19.

Antara/Muhammad Adimaja
Siswa Sekolah Dasar 15 Pagi Mangga Besar mengikuti kegiatan belajar mengajar tatap muka di Jakarta, Rabu (19/1/2022). Ikatan Dokter Anak Indonesia mengingatkan agar anak menjaga protokol kesehatan selama PTM agar tidak terkena Covid-19. Kasus sindrom peradangan multisistem pada anak bisa terjadi ketika si kecil sudah sembuh dari Covid-19.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada anak, Covid-19 bisa menyebabkan berbagai efek jangka panjang, salah satunya multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) alias sindrom peradangan multisistem. Ini merupakan kondisi medis ketika bagian organ-organ tubuh anak mengalami inflamasi atau peradangan, termasuk organ pencernaan, saluran pernapasan, dan bahkan jantung.

Ketua Satgas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Yogi Prawira menjelaskan bahwa MIS-C bisa terdeteksi dalam kurun waktu dua sampai enam pekan setelah anak dinyatakan sembuh dari Covid-19. Menurut dia, MIS-C juga justru sering terjadi pada anak-anak yang sehat-sehat saja, di mana saat infeksinya tidak bergejala atau gejala ringan.

Karenanya, penting bagi orang tua untuk terus memantau kondisi anak walaupun sudah selesai masa akutnya. Dr Yogi mengatakan, orang tua perlu tahu soal MIS-C karena kondisi ini sering kali tidak terdeteksi.

Baca Juga


"Jika memang sudah diketahui anak kena Covid-19, terus pantau selama tiga sampai enam pekan ke depan, ada gejala lain muncul tidak, jika ya mungkin MIS-C," kata dr Yogi dalam sebuah diskusi virtual, disimak di Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Selain gejala klinis, mendeteksi MIS-C juga perlu bukti bahwa anak tersebut pernah terinfeksi Covid-19. Karena itu dia meminta orang tua untuk tidak ragu lagi dengan keamanan tes swab pada anak.

Menurut dr Yogi, pekan lalu ada tiga anak yang mengalami keterlambatan diagnosis MIS-C. Sebab, mereka sebelumnya tidak pernah diketahui telah terinfeksi Covid-19.  

"Tiga anak itu tidak jelas dia pernah Covid atau tidak, tapi kemudian dia mengalami demam dan perubahan perilaku, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata dia mengalami hiperinflamasi. Kami cross check lagi, ternyata satu bulan lalu di rumahnya ada yang positif, dan si anak tidak di testing," kata dr Yogi.

Lebih lanjut, dr Yogi mengungkap beberapa gejala yang umum dialami penderita MIS-C. Anak biasanya mengalami perubahan perilaku menjadi lebih pasif, demam persisten selama tiga hari, tidak bisa makan atau minum seperti biasanya, dan saturasi oksigen kurang dari 95 persen.

Pencegahan MIS-C yang paling baik adalah menjaga anak dari paparan Covid-19. Karena itu, orang tua diharapkan bisa benar-benar melindungi anaknya dari SARS-CoV-2 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

"Sekarang kan sudah ada kebijakan sekolah tatap muka, orang tua bagaimana cara bisa melindungi buah hati? Misalnya dengan membekali cadangan masker yang banyak dan memintanya mengganti masker saat basah atau kotor, bawakan bekal supaya tidak jajan, dan lainya," jelas dr Yogi

Di sisi lain, berdasarkan hasil studi dari Amerika, MIS-C pada anak bisa dicegah dengan vaksin covid-19 platform mRNA. Mengutip studi dari AS, dr Yogi mengatakan, anak berusia 0 sampai 18 tahun yang sudah divaksin mRNA terjadi penurunan MIS-C sebanyak 90 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler