Apa Penyebab Sindrom Peradangan Multisistem Covid-19 Anak?

Sindrom peradangan multisistem mengusik anak-anak yang positif Covid-19.

Newsflash / Consejo Jenderal De Colegios Ofic
Lesi ungu sangat mirip dengan cacar air, campak, atau bengkak akibat kedinginan dihubungkan dengan sindrom peradangan multisistem pada anak yang positif Covid-19.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tim peneliti dari Mount Sinai Hospital, New York, Amerika Serikat mengklaim telah menemukan petunjuk yang menyebabkan kasus langka sindrom peradangan multisistem (MIS-C) yang terjadi pada anak-anak positif Covid-19. Sindrom tersebut berpotensi membuat anak berisiko mengalami kondisi serius.

Multisistem inflamatory syndrome in children biasanya muncul beberapa pekan setelah anak jatuh sakit akibat Covid-19 atau memiliki kontak dengan pengidap penyakit akibat infeksi SARS-CoV-2 tersebut. Anak berisiko mengalami kerusakan organ akibat respons peradangan tubuh yang berlebihan.

Selama ini, MIS-C diduga terjadi terkait autoimun. Namun, gen spesifik, jalur, dan jenis sel yang berperan dalam sindrom peradangan multisistem tersebut masih belum diketahui.

Temuan tim Mount Sinai Hospital yang dipublikasikan pada Rabu di jurnal Nature Communications mengungkap petunjuk yang lebih jelas tentang MIS-C. Ketika melakukan pengurutan genetik dari sampel darah anak pengidap Covid-19 yang mengalami sindrom tersebut, mereka memantau adanya penurunan kemampuan sel pembunuh alami alias natural killer (NK) dan "kelelahan" pada subtipe sel T (CD8+).

"Studi kami melibatkan kelelahan sel T pada pasien MIS-C dan kondisi itulah yang menjadi pendorong potensial terjadinya penyakit tersebut," kata salah satu peneliti sekaligus Asisten Profesor Genetika dan Ilmu Genomik di Icahn School of Medicine Gunung Sinai, Noam Beckmann, dikutip dari Fox News pada Kamis (12/8).

Baca Juga



Peningkatan, baik pada sel NK maupun sirkulasi sel T CD8+ yang kelelahan, dapat mendorong gejala peradangan MIS-C. Kondisi tersebut diyakini berkontribusi pada kemunculan peradangan tubuh yang berbahaya pada pasien MIS-C dalam beberapa pekan setelah awal terinfeksi SARS-CoV-2.

Sel CD8+ T sebelumnya tampak memasuki keadaan "kelelahan" setelah terus-menerus terpapar patogen. Sel kemudian kehilangan efektivitas maupun kemampuannya untuk memperbanyak diri.

Mount Sinai Hospital and School of Medicine menyebut temuan ini sebagai langkah penting dalam menyediakan bidang penelitian dengan jalur eksplorasi baru yang melibatkan jaringan kompleks gen dan subjaringannya. Pernyataan itu dipublikasikan di EurekAlert pada Rabu.

Selain itu, Beckmann menemukan sembilan pengatur utama jaringan ini yang diketahui memiliki hubungan dengan sel NK dan fungsi sel T CD8+ yang kewalahan. Menurutnya, salah satu regulator, yakni TBX21, berfungsi sebagai target terapeutik yang menjanjikan karena perannya sebagai koordinator utama transisi sel T CD8+ dari efektif menjadi kewalahan.

MIS-C dapat menyebabkan peradangan pada satu atau lebih sistem organ, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, saluran pencernaan, otak dan kulit. Berdasarkan data CDC pada 30 Juli 2021, ada lebih dari 4.400 kasus MIS-C yang dilaporkan dan setidaknya 37 kematian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler