Surat Cinta untuk Rektor UII
Pendidikan di UII seharusnya mampu dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
Oleh : Bimantara Muhammad
REPUBLIKA.CO.ID,
Kepada Yth
Rektor Universitas Islam Indonesia
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Pertama, saya ucapkan selamat kepada Bapak Rektor Prof Fathul Wahid yang telah dikukuhkan untuk memegang amanah dan tanggung jawab sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) 2022-2026 yang mana ini merupakan periode kedua Bapak menjabat sebagai Rektor UII.
Di samping itu, saya ucapkan terima kasih atas dedikasi dan kiprah Bapak di periode pertama. Semoga Bapak senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Alangkah bahagianya saya ketika mengetahui informasi bahwa di bulan maret 2022 ini telah berlangsung pemilihan rektor, di mana hal tersebut saya pahami sebagai momentum semangat baru bagi UII dalam kiprah dan kontribusinya untuk menyemai peradaban melalui bidang pendidikan. Namun pak, saya sedikit termenung di balik kebahagiaan tersebut dan saya mencoba untuk merefleksikannya dengan membaca kanal profil visi, sejarah dan cita-cita luhur UII yang saya akses dan telah tersedia secara bebas di dunia digital.
Setelah saya membaca, bahwasanya semangat berdirinya Sekolah Tinggi Islam (STI)/UII sebagai kampus Islam pertama yang didirikan oleh Bangsa Indonesia merupakan sebuah daya dobrak dalam menggelorakan Islam melalui bidang pendidikan yang bersifat plural dan terbuka untuk seluruh kelas masyarakat dengan pola pendidikan yang bernilai keislaman dan keintelektualan. Selain itu, bentuk keseriusan pembentukan UII oleh bangsa ini dicitrakan dengan founding father UII yaitu Moh Hatta, KH Abdul Wahid Hasyim, Mohammad Natsir, Mohammad Roem dan KH AbdulKahar Mudzakkir sebagai pendiri STI/UII yang dimana tokoh-tokoh tersebut merupakan tokoh terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia.
Hal tersebut mencitrakan kesungguhan dan harapan Bangsa Indonesia terhadap UII sebagai lembaga pendidikan yang mencetak mahasiswa-mahasiswa yang berguna untuk bangsa dan agama. Pencerminan dan usaha untuk mencapai tujuan UII yang luhur secara sekilas bisa saya lihat dengan lahirnya tokoh-tokoh mahasiswa UII yang membanggakan bangsa dan agama yaitu sebagai pemikir-pejuang yang berilmu-amaliah dan beramal-ilmiah seperti, Lafran Pane, Artidjo Alkostar, Slamet Saroyo dan lain sebagainya.
Tokoh-tokoh tersebut yang memegang prinsip keteguhan keislaman dan keindonesiaan serta berorientasi pada kemaslahatan masyarakat. Saya pikir hal tersebut merupakan manifestasi dari niai-nilai UII yang mana manfaatnya tidak hanya terasa oleh kampus tetapi oleh bangsa dan agama. Ketauladanan UII sebagai lembaga pendidikan yang memiliki cita luhur mengangkat derajat bangsa dan agama semoga menjadi prinsip dan cita UII yang dipegang teguh baik oleh Bapak ataupun seluruh mahasiswanya yang dicitrakan dalam usaha, pencapaian dan realitas terkini.
Saat ini, Bapak bisa melihat di mana posisi UII sebagai salah satu kampus Islam terbesar di Indonesia yang seharusnya tercermin dalam keunggulan daya kompetensi, kualitas mutu pendidikan, keterlibatan di tengah masyarakat dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar melalui Catur Dharma-nya. Posisi tersebut juga seharusnya ditunjukkan melalui peringkat kompetitif UII baik setingkat nasional ataupun internasional. Namun Pak, berdasarkan data yang saya temui menurut UniRank 2021, UII menempati peringkat ke-20 di tingkat nasional dan menurut sumber Webometrics 2022 yang dinilai berdasarkan Impact, Openness dan Excellence, UII menempati posisi ke-22 di tingkat nasional yang seharusnya UII bisa lebih dari itu.
Dari data informasi tersebut saya cukup heran terhadap UII. Bukankah kita belajar dari salah satu peristiwa yang cukup familiar dalam peradaban umat islam yaitu kebangkitan Konstantinopel di bawah pimpinan panglima perang berumur 21 tahun yaitu Muhammad Al-fatih yang mampu menitik balikkan sejarah dan menjadikan bisyarah rosul sebagai sebuah peristiwa yang nyata, sampai pada akhirnya pasukan Muhammad Al-fatih mampu membuktikan Islam menjadi peradaban yang unggul pada masanya. Keheranan saya juga bertambah ketika seorang Xi JinPing mampu mengakselerasi perekonomian nasional Tiongkok secara dramatis hanya dalam dua dekade melalui strategi Belt and Road Initiative (BRI) dan kebijakan Open door policy yang dimana dengan strategi tersebut mampu mengangkat derajat Tiongkok sebagai Negara yang sangat diperhitungkan dunia internasional di segala sektor.
Hal tersebut menjadi salah satu preseden yang membuat saya sebagai mahasiswa akhir UII cukup heran dan bertanya-tanya atas komitmen UII sebagai kampus yang memiliki sejarah dan cita luhur yang sudah berdiri selama 76 tahun dengan komitmen Catur Dharma dan visinya ”Terwujudnya Universitas Islam Indonesia sebagai rahmatan lil ‘alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan (keunggulan), risalah islamiah, di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan dakwah, setingkat universitas yang berkualitas di negara-negara maju." Cita dan visi tersebut seharusnya terinternalisasi dan terimplementasi oleh UII dan mahasiswanya.
Namun Pak, ketika saya mulai mendalami cita luhur yang diterjemahkan melalui Catur Dharma dan Visi UII tersebut, ada beberapa hal yang terimajinasikan oleh saya sebagai mahasiswa. Di antaranya, pertama, dalam hal pendidikan UII sebagai perguruan tinggi seharusnya mampu diakses dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat yang berorientasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan agama serta memiliki suasana dan aktivitas pendidikan berkualitas yang bernuansa Islam dan mampu mencetak banyak mahasiswa juga alumni yang berilmu-amaliah dan beramal-ilmiah.
Kedua, dalam hal penelitian UII seharusnya mampu menghasilkan banyak output yang mamapu menjadi rujukan perkembangan ilmu pengetahuan yang bersaing baik setingkat nasional maupun internasional serta mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang didorong oleh mahasiswa dan seluruh elemen kampus.
Ketiga, dalam hal pemberdayaan masyarakat, bahwa bentuk implementasi hal tersebut seharusnya UII tidak hanya melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) ataupun kegiatan seremonial kemasyarakatan saja tetapi, UII harus mampu lebih berperan aktif dengan berfikir dan terlibat pada setiap aktivitas dan dinamika sosial kemasyarakatan baik di lingkungan kampus ataupun regional, nasional bahkan internasional di mana hal tersebut didukung oleh mahasiswa dan seluruh elemen kampus
Terakhir, dalam hal dakwah-islamiyah, saya mengimajinasikan mahasiswa-mahasiswi UII memiliki kesadaran dan kepahaman keislaman yang kaffah dicerminkan melalui hablum minallah dan hablum minannas serta kesadaran syi’ar sebagai tugas yang melekat bagi mahasiswanya dan termanifestasikan salah satunya melalui ketekunan peribadatan atupun kemampuan keagamaan seperti khutbah, imam tarawih, mengisi pengajian-pengajian ataupun agenda sosial-keagamaan yang lain. Hal tersebut tiada tujuan lain selain Universitas Islam Indonesia sebagai rahmatan lil 'alamin.
Hal itulah Pak kira-kira gambaran yang menjadi harapan saya sebagai mahasiswa UII yang optimis akan cita luhur dan visi UII, namun dilematis dalam melihat realitas yang ada. Semoga dalam hal kedilematisan ini hanyalah perasaan dan pikiran saya saja. Namun dalam keoptimisan untuk mewujudkan cita luhur dan visi UII tersebut, hal itu dipegang teguh oleh kawan-kawan mahasiswa yang lain.
Setelah narasi ini tersampaikan dan akhirnya masuk pada suatu kesimpulan dalam pertanyaan, Mau dibawa ke mana UII? Apakah kita hanya akan diam di tempat?
Semoga surat cinta untuk Bapak Rektor ini bisa diterima untuk menghiasi momentum terpilihnya kembali Bapak sebagai rektor UII periode 2022-2026.
Hormat saya,
Bimantara Muhammad
#SuratCintaUntukRektorUII
#SalamAkselerasi