Di Singapura, Ada Hotel Mewah untuk Kucing Lho, Kaya Apa Ya?

The Luxe Meownor disewakan mulai Rp 500 ribu untuk kucing.

The Luxe Meownor
Interior The Luxe Meownor, hotel mewah untuk kucing di Singapura
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi berdampak terhadap bisnis Brenda Wang sebagai kontrakter desain interior. Kini, dia mengalihkan fokus kepada penyelamatan kucing-kucing jalanan.

Baca Juga


Dikutip dari CNA, Wang menjalankan grup Facebook Cats & Kittens of Singapore yang punya 14.000 anggota, juga tim berisi 40 relawan. Melalui kelompok itu, dia mendapatkan informasi tentang kucing-kucing di jalanan yang harus diselamatkan.

Sembari mencari rumah permanen untuk para kucing, dia merawat mereka agar sehat di kantornya di MacPherson. Rupanya, dia tidak tahu bahwa menurut peraturan, kantor-kantor tidak boleh menjadi rumah hewan piaraan. Jadi, dia harus mencari tempat tinggal baru untuk kucing-kucing.

"Saat itu, saya merawat enam ekor kucing. Salah satunya baru diselamatkan dan penuh dengan kurap. Saya butuh waktu menyembuhkannya sebelum mencari tempat baru, tapi untungnya ada seorang pengadopsi yang mau merawatnya," kata Wang.

Wang memutuskan rehat dari penyelamatan kucing. Namun, setelah didorong oleh rekan-rekan relawan dan anggota grup Facebook, dia memutuskan untuk mencari tempat permanen demi melanjutkan usahanya menyelamatkan para anak berbulu. Akhirnya, Wang menyewa ruko di Jalan Besar dan mengajukan semua izin yang diperlukan.

Pada Februari, dia membuka hotel butik "mewah" khusus kucing bernama The Luxe Meownor. Ini adalah rumah untuk kucing liar yang diselamatkan juga kucing yang butuh "staycation" saat pemiliknya pergi ke luar kota.

Desain interior The Luxe Meownor terinspirasi dari rumah klasik bangsawan Inggris. Walau disebut sebagai hotel mewah khusus kucing, tidak ada ranjang mewah atau peralatan makan bertabur swarovski.

Sebaliknya, "kemewahan" yang ditawarkan berupa jumlah ruangan yang bisa dinikmati para kucing. Alih-alih dikurung dalam kabin kecil, kucing-kucing bisa menikmati ruangan yang luas.

 

 

Setiap kamar dilengkapi dengan furnitur kucing yang didesain sendiri oleh Wang. Perabot khusus dirancang untuk kebutuhan kucing yang berbeda-beda, mulai dari kucing yang suka bermain dan suka memanjat sampai yang punya masalah mobilitas.

"Beberapa tahun lalu, saya mencari tempat menginap untuk dua ekor kucing saya, Ham dan Cheese, karena saya harus bepergian. Saya keliling Singapura tapi tak menemukan hotel kucing. Yang saya temukan hanyalah tempat menginap anjing," kata Wang.

Menempatkan kucing dalam kabin kecil selama berhari-hari bisa membuat mereka merasa terkurung, kata Wang. Ketika mereka tinggal di ruangan-ruangan, kucing bisa lebih nyaman dan bersosialisasi dengan pengasuhnya.

Biaya menginap per malam dimulai dari 48 dolar Singapura (sekitar Rp 500.000) sampai 88 dolar Singapura (sekitar Rp930.000) untuk seekor kucing, tergantung dari tipe ruangannya. Biaya itu meliputi kotak pasir, dua kali jatah makanan basah, makanan kering tak terbatas dan air minum yang diganti dua kali sehari.

Staf dan relawan akan menjaga kebersihan kucing, termasuk membersihkan telinga, membersihkan gigi dan memotong kuku. Sama seperti manusia yang suka dipijat selama staycation, para tamu di The Luxe Meownor akan mendapat perawatan berupa pijat dengan menggunakan minyak kelapa organik. Namun, aktivitas itu hanya dilakukan atas seizin kucing yang bersangkutan.

Meski biaya menginap di hotel mewah itu tidak murah-murah amat, Wang yakin harga yang dipatok sepadan dengan pelayanannya. Saat ini, hotel tersebut hanya bisa menerima 15 ekor kucing. Satu kamar didedikasikan untuk kucing liar yang diselamatkan secara cuma-cuma, sementara satu kamar lagi ditawarkan untuk para penyelamat kucing dengan diskon 50 persen.

Meski baru buka sebulan, permintaannya membludak. Ada yang menitipkan kucing karena pemiliknya harus bepergian, ada juga yang karena pemiliknya sedang menyembuhkan diri dari COVID-19. Tapi, ada juga pemilik yang ingin memeriksakan perilaku kucingnya.

Untuk tamu-tamu kucing seperti itu, Wang yang punya diploma di psikologi kucing, menjalani pekerjaan rehabilitatif. "Ada pemilik yang kucingnya baru diselamatkan di jalan. Saat menjemput kucing, dia menangis karena akhirnya bisa menyentuh kucingnya. Faktanya, saat kucing dibawa ke sini, pemiliknya penuh dengan luka," kata Wang.

 

"Kami tak cuma mengobservasi kucing, kami mengobservasi juga pemiliknya. Sebisa mungkin, saya berusaha memandu pemilik bagaimana berinteraksi dengan kucing mereka."

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler