Petani di Jateng Didorong Gunakan Pupuk Organik

Para petani di berbagai daerah masih mengandalkan pupuk subsidi.

Antara/Irwansyah Putra
Petani di Jateng Didorong Gunakan Pupuk Organik (ilustrasi).
Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Para petani di Jawa Tengah didorong untuk menggunakan pupuk organik guna keberlangsungan usaha tani saat ada keterbatasan alokasi pupuk subsidi dari pemerintah.

Baca Juga


"Kami mendorong petani menggunakan pupuk organik sebagai alternatif ketika alokasi pupuk bersubsidi terbatas," kata Kepala Seksi Pupuk dan Pembiayaan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Asil Tri Yuniati di Semarang, Selasa.

Menurut dia, dorongan tersebut disampaikan karena para petani di berbagai daerah masih mengandalkan pupuk subsidi untuk bertani.

Ia menyebut meskipun Jawa Tengah tertinggi nomor dua terkait alokasi pupuk subsidi secara nasional atau di bawah Jawa Timur, namun alokasi yang diberikan sesuai usulan elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (eRDKK) hanya 48 persen.

Oleh karena itu, lanjut dia, Pemprov Jateng ikut mendorong petani dapat membuat pupuk organik melalui pelatihan yang diberikan.

"Artinya kan pupuk organik itu bisa dibuat sendiri dari limbah pertanian yang ada, kami setiap tahun mengalokasikan juga banyak pelatihan pupuk organik dengan harapan bahwa petani tidak tergantung lagi terhadap pupuk pabrikan atau anorganik," ujarnya.

Terkait alokasi pupuk subsidi tahun 2022, untuk Provinsi Jawa Tengah mendapatkan alokasi sekitar 48,13 persen dari usulan sesuai e-RDKK.

"Jumlah kuantitas tonase pupuk subsidi tahun 2002 Jateng tahun ini menerima 1,5 juta ton, kalau dibandingkan usulan angka yang kami sampaikan terhadap eRDKK hanya sebesar 48,13 persen, artinya apa pemerintah pusat baru dapat memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi Jawa tengah tidak ada 50 persen," katanya.

Yuni membantah bahwa terjadi kelangkaan pupuk pada tahun lalu dan sekarang di Jawa Tengah. Ia menyebut hal ini sebagai keterbatasan alokasi.

"Kalau bicara realisasi tahun kemarin itu kalau dibandingkan lima tahun belakangan, realisasi tahun 2021 adalah paling rendah. Jadi, data kami semua jenis pupuk mengalami penurunan sebesar 6,61 persen dengan penurunan paling tinggi di SP36 sebesar 24,20 persen, kami artikan bahwa informasi terkait dengan pupuk langka pupuk sulit didapat dan lain sebagainya di tahun 2021 tidak tepat," ujarnya.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler