Rusia Usir Sejumlah Diplomat AS

Pengusiran diplomat ini sebagai balasan atas tindakan AS yang usir diplomat Rusia.

AP/Pavel Golovkin
Mobil bergerak lambat selama jam sibuk, dengan gedung pencakar langit Kota Moskow sebagai latar belakang, di Moskow, Rusia, Senin, 15 Februari 2021. Pemerintah Rusia memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John Sullivan pada Rabu (23/3/2022). Kepadanya, Moskow menyerahkan daftar sejumlah diplomat AS yang dinyatakan sebagai persona non grata di negara tersebut.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia John Sullivan pada Rabu (23/3). Kepadanya, Moskow menyerahkan daftar sejumlah diplomat AS yang dinyatakan sebagai persona non grata di negara tersebut.

Baca Juga


"Pada 23 Maret, seorang diplomat senior misi diplomatik AS di Moskow yang dipanggil ke Kementerian Luar Negeri, diberikan catatan dengan daftar diplomat Amerika yang diusir yang dinyatakan 'persona non grata'," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu Agency. 

Kementerian Luar Negeri Rusia mengungkapkan, pengusiran diplomat-diplomat AS itu merupakan balasan atas langkah Washington mengusir beberapa diplomat Rusia dari Misi Tetap Rusia untuk PBB di New York dan seorang pegawai Rusia di sekretariat PBB. "Pihak Amerika telah dengan tegas menyatakan bahwa setiap tindakan bermusuhan AS terhadap Rusia akan menerima tanggapan yang tegas dan memadai," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Pada 28 Februari lalu, misi AS untuk PBB mengumumkan pengusiran 12 diplomat Rusia. Mereka dituduh melakukan kegiatan “spionase”. Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengecam keras tindakan AS. Ia menyebut langkah AS sebagai aksi “bermusuhan” dan melanggar komitmen yang diambil Washington sebagai tuan rumah markas besar PBB di New York.

Sebelum pengumuman tentang adanya sejumlah diplomat AS yang dinyatakan sebagai persona non grata, Kementerian Luar Negeri Rusia sudah sempat memanggil John Sullivan pada Senin (21/3). Pemanggilan dilakukan untuk menyampaikan bahwa saat ini hubungan Washington dan Moskow berada di ambang kehancuran total.

Kepada Sullivan, Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan keluhan tentang pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai “penjahat perang”. Moskow tak dapat menerima pernyataan semacam itu. “Pernyataan seperti itu dari presiden AS, tidak layak untuk seorang negarawan berpangkat tinggi, menempatkan hubungan Rusia-Amerika di ambang putus,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Biden memang membuat pernyataan semacam itu belum lama ini. Biden merespons wartawan yang bertanya, apakah dia bakal menyebut Putin penjahat perang setelah melihat kondisi Ukraina digempur Rusia. “Saya pikir dia (Putin) adalah penjahat perang,” ujar Biden pada Rabu (16/3), pekan lalu.  

Namun, setelah itu Gedung Putih menyatakan, belum ada penetapan resmi mengenai potensi pelanggaran hukum internasional sejak Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler