Bank Sentral Eropa Pertimbangkan Beli Banyak Obligasi Jika Perang Hancurkan Ekonomi

Bank sentral perkirakan ekonomi zona euro berkembang sebesar 3,7 persen tahun ini.

AP/Michael Probst
Trem melaju ke kota dengan latar belakang Bank Sentral Eropa di Frankfurt, Jerman, Rabu, 19 Mei 2021. Bank sentral perkirakan ekonomi zona euro berkembang sebesar 3,7 persen tahun ini.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertimbangkan untuk memperpanjang program pencetakan uangnya setelah musim panas ini. Anggota dewan ECB Isabel Schnabel pada Kamis (24/3/2022) mengatakan ini dilakukan jika ekonomi zona euro jatuh ke dalam "resesi yang dalam" karena konflik di Ukraina. 

Baca Juga


ECB mengatakan awal bulan ini akan mengakhiri skema stimulus pembelian obligasi musim panas ini dan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade beberapa waktu setelah itu, karena mengatasi kenaikan inflasi yang tiba-tiba. Schnabel, yang paling hawkish dari enam anggota dewan yang menjalankan ECB, mengatakan bank sentral telah "membiarkan pintu terbuka" jika situasi memburuk untuk zona euro, yang sangat bergantung pada gas Rusia dan bahan mentah lainnya.

"Jika kita sekarang jatuh ke dalam resesi yang dalam karena krisis Ukraina, kita harus memikirkan kembali itu," katanya kepada sebuah web show Jerman.

"Jika tidak, kami akan mengakhiri pembelian obligasi pada kuartal ketiga dan segera setelah kami melakukannya, kami dapat menaikkan suku bunga kapan saja tergantung pada bagaimana inflasi berkembang."

Gubernur bank sentral Estonia, Madis Mueller, pejabat hawkish lainnya di Dewan Pengatur pembuat kebijakan ECB, mengatakan dalam wawancara dengan Politico bahwa ECB hanya akan memperpanjang Program Pembelian Asetnya jika ada "perubahan dramatis" dalam prospek inflasi. Rekannya dari Portugal Mario Centeno, seorang yang dovish, memperingatkan "normalisasi kebijakan moneter ECB akan dilakukan secara bertahap dan proporsional pada akhir tahun ini".

ECB telah mengatakan mereka memperkirakan ekonomi zona euro berkembang sebesar 3,7 persen tahun ini dan masih akan tumbuh bahkan jika sanksi yang lebih ketat dikenakan pada Rusia atau pasokan mengering dan pasar keuangan berhenti bekerja. Bank sentral untuk 19 negara yang berbagi euro itu melihat inflasi di atas atau pada target 2,0 persen tahun ini dan berikutnya dalam skenario apa pun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler