Kemerosotan Obligasi Global Picu Intervensi dari BOJ
Imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang naik hingga menyentuh 0,245 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Penurunan obligasi global tertajam masih terjadi hingga Senin (28/3/2022), terutama di Australia dan Selandia Baru. Hal ini pun memicu intervensi dari Bank of Japan yang turun tangan untuk membatasi kenaikan imbal hasil.
Imbal hasil tiga tahun Aussie melonjak sebanyak 12 basis poin menjadi 2,33 persen, tertinggi sejak Desember 2014. Sementara imbal hasil 10 tahun Jepang naik hingga menyentuh 0,245 persen.
Sebelumnya BoJ mengumumkan operasi pembelian tak terbatas untuk mempertahankan imbal hasil di bawah batas 0,25 persen. Imbal hasil Treasuri dua tahun naik empat basis poin menjadi 2,30 persen. Hal ini lantaran kenaikan suku bunga hingga dua bps oleh the Fed.
"Momentum untuk obligasi secara global semuanya satu arah saat ini, surat berharga merosot karena ekspektasi kenaikan suku bunga Fed," kata kepala penelitian pendapatan tetap di Westpac Banking Corp, Damien McColough, dikutip Bloomberg.
Imbal hasil 10 tahun Jepang memangkas kenaikannya untuk diperdagangkan pada 0,24 persen. Penurunan terjadi setelah bank sentral negara itu mengatakan akan membeli obligasi acuan dalam jumlah tidak terbatas dengan tingkat bunga tetap.
Langkah ini menekankan komitmen bank sentral untuk menjaga pengaturan moneter longgar, mengikuti pernyataan Gubernur Haruhiko Kuroda sebelumnya bahwa kebijakan akan tetap tidak berubah bahkan jika inflasi melonjak.
Indeks Obligasi Agregat Global Bloomberg telah merosot 7 persen tahun ini. Investor membuang obligasi karena ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed. Di sisiain, perang Rusia dan Ukraina diperkirakan akan menaikkan inflasi.
Obligasi Australia jatuh sejalan dengan Treasuries meskipun sentral bank Australia bersikeras tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga dengan inflasi. Pasar tetap sangat skeptis terhadap bank sentral Asutralia untuk melawan gelombang pengetatan global.