Penggunaan Antibiotik Jangka Panjang Bisa Turunkan Memori?
Peneliti mengaitkan antara penggunaan antibiotik jangka panjang dengan demensia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Sebuah studi baru yang diterbitkan di PLOS One menghubungkan penggunaan antibiotik pada usia paruh baya dengan penurunan memori dan daya pikir pada perempuan. Antibiotik terutama digunakan untuk mengobati atau mencegah beberapa jenis infeksi bakteri.
Demensia merupakan istilah umum untuk gejala yang terkait dengan penurunan memori dan cara berpikir. Kondisi ini bisa terus memburuk dan jumlah penderitanya bisa terus bertambah dalam beberapa dekade mendatang.
Para peneliti di AS menemukan bahwa penggunaan antibiotik jangka panjang pada perempuan selama usia paruh baya dikaitkan dengan kemampuan kognitif yang lebih buruk hingga tujuh tahun kemudian. Mereka mengamati 14.542 perawat perempuan yang tinggal di AS.
Secara sukarela, perawat menyelesaikan tes terkomputerisasi mandiri untuk mengukur aspek memori dan daya pikir. Peneliti menemukan bahwa perempuan yang terpapar antibiotik selama dua bulan di usia paruh baya memiliki ingatan yang lebih buruk hingga tujuh tahun kemudian.
Efeknya tetap konsisten bahkan ketika memperhitungkan faktor potensial lain yang dapat memengaruhi hubungan ini, termasuk adanya kondisi kesehatan lain. Perubahan memori dan daya pikir akibat penggunaan antibiotik kira-kira setara dengan tiga sampai empat tahun penuaan.
Dokter Susan Kohlhaas, Direktur Penelitian dari Alzheimer's Research UK, yang tidak terlibat dalam penelitian menilai, studi ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan hasil pengobatan jangka panjang dari antibiotik pada memori dan pemikiran. Namun demikian, Kohlhaas tidak bisa memastikan sebab dan akibat dalam studi observasional semacam ini.
"Penulis juga menyoroti bahwa temuan ini memberikan jalan untuk penelitian masa depan daripada menjadi bukti konklusif tentang hubungan antara antibiotik dan memori dan keterampilan berpikir," kata Kohlhaas seperti dilansir laman Express, Senin (28/3/2022).
Studi ini tidak melihat dampak langsung antibiotik pada bakteri usus,. Walaupun para peneliti telah menghubungkan susunan mikrobioma usus dengan kesehatan otak, hal ini tidak diselidiki secara langsung dalam penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dalam penelitian ini bisa jadi merupakan akibat dari infeksi, bukan obat itu sendiri.
"Penting untuk mengelola kondisi kesehatan yang dapat diobati dengan benar dan orang-orang yang memiliki kekhawatiran tentang aspek kesehatan mereka harus berbicara dengan dokter umumnya," kata Kohlhaas.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko demensia, termasuk tidak merokok, hanya minum dalam jumlah sedang, tetap aktif secara mental dan fisik, makan makanan seimbang, menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah tetap terkendali. Semuanya dapat membantu menjaga otak tetap sehat seiring bertambahnya usia.
Sementara itu, ada beberapa hal dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Faktor tersebut adalah usia, genetik, gaya hidup tidak sehat, merokok, minum alkohol berlebihan, hingga paparan polusi udara.
"Faktor risiko terbesar untuk demensia adalah penuaan. Ini berarti seiring bertambahnya usia, risiko mereka terkena demensia meningkat banyak," kata Alzheimer's Society (AS).