Penderita Lever Meningkat Sejak Pandemi, Apa Sebab?

Studi terbaru mengungkap, jumlah orang dengan penyakit lever meningkat sejak pandemi.

Flickr
Sakit perut (ilustrasi). Nyeri tumpul atau sakit di perut kanan atas atau sisi kanan bawah tulang rusuk dapat menjadi gejala penyakit lever. Kasus penyakit hati ini meningkat sejak pandemi Covid-19.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru yang diterbitkan di Liver International menemukan jumlah orang dengan penyakit lever meningkat sejak pandemi Covid-19. Alasan spesifik peningkatan tersebut adalah perubahan gaya hidup.

Studi retrospektif tersebut membandingkan data dari sebelum dan sesudah pandemi. Dalam data inilah perubahan gaya hidup ditetapkan sebagai penyebab utama.

Penulis studi, dr Hideki Fujii mengatakan, prediktor gaya hidup independen untuk mengembangkan MAFLD (penyakit hati berlemak terkait disfungsi metabolik) berbeda dari sebelum dan setelah pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, kebiasan makan larut malam secara rutin atau makan malam dua jam sebelum tidur menjadi prediktornya.

"Namun, analisis menunjukkan asupan alkohol harian yang lebih tinggi telah menjadi prediktor independen penyakit selama pandemi," ujar dr Fujii, seperti dilansir laman Express, Selasa (29/3/2022).

Baca Juga


Ada spekulasi tentang sejauh mana kebiasaan mengonsumsi alkohol berubah selama lockdown. Satu studi yang diterbitkan oleh University of Sheffield di Inggris menemukan, meskipun orang minum lebih sedikit secara keseluruhan, ada bukti dari penelitian lain bahwa peminum yang lebih berat telah meningkatkan konsumsi mereka selama lockdown.

"Oleh karena itu, penting untuk terus memantau minum alkohol selama pandemi untuk mencegah masalah kesehatan tambahan," kata peneliti.

Rekan penulis laporan pada 2021, Prof John Holmes, menyebut, temuan ini menambah pemahaman mereka tentang bagaimana kelompok yang berbeda mengubah kebiasaan minumnya selama tahap awal pandemi Covid 19.

"Meskipun kami menemukan penurunan konsumsi alkohol di seluruh populasi secara keseluruhan, ada peningkatan minum sendirian di antara beberapa sub-kelompok populasi lajang sebagai rumah tangga dewasa lajang, rumah tangga dengan tiga orang dewasa atau lebih, dan pelajar."

Alkohol sering disebut sebagai penyebab utama di balik penyakit hati berlemak. Namun, tidak semua penyakit lever disebabkan oleh alkohol. Beberapa, seperti penyakit hati berlemak non-alkohol, disebabkan oleh penumpukan lemak di hati.

Penyakit hati berlemak non-alkohol tahap awal (NAFLD), biasanya tidak menyebabkan banyak kerusakan. Namun, jika penyakit ini tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius.

Gejala NAFLD yang lebih lanjut dapat memengaruhi berbagai bagian perut. Gejala awal termasuk nyeri tumpul atau sakit di perut kanan atas dan di sisi kanan bawah tulang rusuk.

Penderita juga mungkin mengalami kelelahan yang luar biasa, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, dan kelemahan. Penderita NAFLD yang telah mencapai tahap ini cenderung mengalami penyakit kuning, kulit gatal, dan pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, perut, dan tungkai.

"Temui dokter umum segera jika Anda memiliki gejala-gejala ini dan memiliki kondisi lever," kata National Health Service (NHS).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler