Singapura Menandatangani Perjanjian Artemis NASA
Singapura mencatat teknologi berbasis antariksa penting bagi banyak fungsi sipil dan pemerintah.
ANTARIKSA — Singapura telah menjadi negara ke-18 yang bergabung dengan Artemis Accords yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk eksplorasi ruang angkasa. Singapura berharap dapat menggunakan perjanjian tersebut untuk meningkatkan industri luar angkasa domestiknya yang baru seumur jagung.
Untuk diketahui, misi Artemis Badan Antariksa Amerika (NASA) adalah upaya bertahap dalam eksplorasi bulan dan planet Mars. Misi Artemis 3 akan kembali mendaratkan kembali manusia di bulan pada 2025.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong menandatangani perjanjian Artemis pada Senin, 28 Maret 2022 di Hotel Four Seasons, Washington, AS. Hal itu memanfaatkan kunjungan kerja Perdana Menteri Lee Hsien Loong ke Amerika Serikat.
Deputi Administrator NASA, Pam Melroy dan wakil asisten sekretaris utama Departemen Luar Negeri AS, Jennifer Littlejohn menghadiri upacara penandatanganan tersebut.
“Saya berharap dengan bergabung Artemis Accords, Singapura dapat bekerja sama lebih erat dengan mitra yang berpikiran sama seperti AS, untuk memajukan percakapan internasional tentang norma ruang angkasa dan memacu pengembangan sektor ruang angkasa global,” kata Melroy, menurut transkrip yang diterbitkan oleh kantornya.
“Saya berharap dapat melihat lebih banyak pertukaran dan kolaborasi di antara perusahaan, pejabat, dan peneliti antara Singapura dan AS serta penandatangan Artemis Accords lainnya, yang mengarah ke sektor luar angkasa yang kuat di Singapura.”
Melroy mencatat, teknologi berbasis ruang angkasa penting bagi banyak fungsi sipil dan pemerintah. Singapura, kata dia, juga melihat potensi ekonomi yang kuat dalam penerapan teknologi berbasis antariksa dalam domain yang sangat menarik. Ia mencontohkan seperti penerbangan, kemaritiman, dan lingkungan.
"Oleh karena itu, kami telah bekerja keras untuk mendukung pengembangan ekosistem ruang angkasa kami yang relatif baru lahir, tetapi tumbuh cepat,” katanya.
Melroy adalah mantan astronot dan pejabat No 2 NASA. Ia mengatakan, teknologi berbasis ruang angkasa mewakili industri dengan pertumbuhan tinggi di seluruh dunia. Hal itu ditulis oleh surat kabar The Straits Times Singapura.
“Industri luar angkasa komersial menemukan jalannya ke hampir setiap industri lainnya. Teknologi berbasis antariksa itu menjadi urgen,” kata dia.
Singpura adalah pemain baru di luar angkasa. Berdasarkan laporan Singapura kepada komite PBB pada tahun 2021, negara itu memiliki sektor antariksa sekitar 50 perusahaan dan 1.000 profesional. Sektor luar angkasa Singapura terlibat dalam berbagai kegiatan terkait antariksa, seperti perancangan dan pembuatan komponen antariksa, serta penyediaan layanan berbasis satelit.
Bulan lalu, Singapura mengumumkan rencana investasi 150 juta dolar Singapura untuk mengembangkan kemampuan luar angkasanya.
Sumber: Space News