Infeksi 'Son of Omicron' Dominan Secara Global, Apa Kekhawatiran Utamanya?
Son of omicron telah memicu kenaikan kasus Covid-19 di banyak negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Son of omicron" sekarang dominan di seluruh dunia. Infeksi dari subvarian omicorn BA.2 itu telah membuat banyak negara di Eropa, Asia, dan Amerika menjadi khawatir.
Dilansir Fox News pada Rabu (30/3), son of omicron sekarang mewakili hampir 86 persen dari semua kasus Covid-19 yang menjalani pemeriksaan genom sekuensing. Pertama kali ditemukan pada Januari, subvarian ini lebih menular daripada BA.1 dan BA.1.1.
Di samping memiliki julukan "son of omicron", subvarian omicron BA.2 juga dikenal sebagai "stealth omicron" karena lebih sulit dilacak. Bukti sejauh ini menunjukkan bahwa itu tidak lebih mungkin menyebabkan penyakit parah.
"Dalam beberapa hal, mungkin saja BA.2 adalah varian yang beredar ketika semua orang ini berhenti memakai masker," kata ahli virus Andrew Pekosz.
Menurut Pekosz, virus akan terus menyebabkan kerusakan, terutama di antara populasi yang tidak divaksinasi, kurang divaksinasi, dan kelompok rentan. Ia menganggapnya sebagai masalah kesehatan masyarakat yang besar dan akan terus berlanjut.
Munculnya son of omicron telah memicu lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini di China serta membuat negara-negara di Eropa, seperti Jerman dan Inggris, mencapai rekor infeksi. Namun, beberapa negara Eropa kini sedang mengalami peningkatan yang lebih lambat dalam kasus baru atau bahkan melihat tren penurunan kasus.
Kekhawatiran utama tentang BA.2 adalah kemungkinannya menginfeksi kembali orang yang sudah pernah kena Covid-19 akibat BA.1. Kekhawatiran itu muncul terutama karena sejumlah negara tampaknya mengalami "puncak ganda" dalam tingkat infeksi yang terjadi dalam waktu sangat berdekatan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengklasifikasikan subvarian omicron BA.2 sebagai variant of concern. WHO mengungkapkan bahwa BA.2 secara inheren lebih mudah menular dibandingkan dengan subvarian omicron BA.1 yang paling umum beredar saat ini.
Data dari Inggris dan Denmark telah menunjukkan bahwa omicron dapat menginfeksi ulang orang yang pernah kena varian lain, seperti delta. Meskipun begitu, sejauh ini hanya sedikit infeksi ulang BA.2 pada orang yang dulu terinfeksi BA.1.
Tingkat keparahan
Data awal dari studi-studi reinfeksi menunjukkan bahwa orang yang sudah terinfeksi oleh BA.1 memiliki proteksi yang lebih kuat terhadap risiko reinfeksi akibat BA.2. Data di luar laboratorium yang dikumpulkan dari Afrika Selatan, Denmark, dan Britania Raya menunjukkan, tak ada perbedaan tingkat keparahan Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi BA.2 atau BA.1.
"BA.2 lebih menular akan tetapi tidak lebih berat dibandingkan BA.1," ujar kepala departemen penyakit menular di Mount Sinai South Nassau dan ahli epidemiologi dr Aaron Glatt, seperti dilansir Fox News, Rabu (23/3/2022).
Glatt mengatakan, hampir tidak ada orang yang terinfeksi subvarian yang sama hingga dua kali. Selain itu, Glatt menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan bisa membantu mencegah terjadinya infeksi BA.1 atau BA.2.
"Divaksinasi dan mendapatkan booster masih menjadi cara terbaik untuk mencegah sakit berat dari BA.2," ungkap Glatt.