Khawatir tak Mempan Lawan 'Son of Omicron', Izin Penggunaan Sotrovimab Dibekukan
Sotrovimab merupakan antibodi monoklonal buatan GlaxoSmithKline-Vir Biotechnology.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah beberapa negara bagian di Amerika Serikat menghentikan sementara pemakaian salah satu perawatan antibodi monoklonal yang sebelumnya diizinkan untuk Covid-19. Izin penggunaan sotrovimab dibekukan di delapan negara bagian di tengah kekhawatiran pengobatan dari GlaxoSmithKline dan Vir Biotechnology itu akan gagal melawan varian omicron BA.2 alias "son of omicron".
Di tengah wabah strain BA.2, sotrovimab sekarang tidak lagi disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) di delapan negara bagian, yakni Connecticut, Maine, Massachusetts, New Hampshire, Rhode Island, Vermont, New Jersey dan New York, serta Puerto Rico dan Virgin Islands. FDA mengumumkan hal tersebut pada Jumat (25/3/2022).
Distribusi sotrovimab akan "segera" dihentikan di seluruh wilayah itu, menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan. Di daerah yang terkena dampak tersebut, "son of omicron" diperkirakan menyumbang lebih dari 50 persen kasus baru pada 19 Maret, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Varian BA.2 sangat dominan di Timur Laut, prevalensi yang tercermin dari wilayah di mana pemerintah telah menarik kembali lisensi sotrovimab. CDC memperkirakan BA.2 menyumbang lebih dari sepertiga kasus baru secara nasional.
Antibodi monoklonal telah menjadi andalan untuk pengobatan Covid-19. Kemampuan strain untuk meningkatkan angka rawat inap, terutama di antara pasien berisiko tinggi yang tidak divaksinasi, telah memengaruhi rencana penanganan Covid-19 Presiden AS Joe Biden.
Perusahaan farmasi GlaxoSmithKline plc (GSK) mengatakan kepada ABC News bahwa mereka sedang menyiapkan data tentang dosis pengobatan yang lebih tinggi untuk melihat apakah itu akan bertahan lebih baik terhadap BA.2. Sementara itu, FDA mengatakan akan terus memantau subvarian tersebut. Para pejabat dapat menarik lebih jauh lagi otorisasi Sotrovimab jika diperlukan.
Saat ini, pengiriman negara bagian lain tidak akan terpengaruh. Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat mencatat pada bahwa pengobatan alternatif lain, seperti antivirus oral Pfizer dan Merck serta terapi antibodi monoklonal Eli Lilly, masih diharapkan untuk bertahan melawan BA.2.
Negara-negara bagian tersebut masih dapat terus meminta pesanan obat Pfizer, MErck, dan Eli Lilly. Ini bukan pertama kalinya batasan baru diterapkan pada pengobatan Covid-19 ketika suatu variant of concern mulai menyebar.
Pada Januari lalu, FDA menghentikan otorisasi untuk dua terapi monoklonal sebelumnya dari Regeneron dan Eli Lilly. Itu dilakukan setelah keduanya terbukti gagal melawan varian omicron.
Pemerintah menghentikan distribusi terapi sebelumnya karena kekhawatiran akan kemanjuran saat menghadapi beberapa kali dalam lonjakan varian masa lalu. Tapi kali ini, itu datang karena pasokan perawatan fungsional nasional sudah menyusut, terutama yang gratis.
Pemerintah telah secara signifikan mengurangi jumlah pengobatan virus yang tersedia untuk negara bagian, karena dana bantuan Covid-19 terhenti di Kongres, menurut dokumen internal yang diperoleh ABC News. Pemotongan pasokan tersebut termasuk perawatan monoklonal yang tersisa dan terbukti bekerja melawan subvarian omicron dan BA.2.
Alokasi pengobatan mingguan itu, Bebtelovimab dari Eli Lilly, dipotong lebih dari 30 persen, dari 49 ribu menjadi 30 ribu dosis. Pemotongan itu dimulai Senin dan pengadaan akan kosong setidaknya beberapa pekan ke depan, menurut dokumen.
Gedung Putih juga telah memperingatkan bahwa pil antivirus dari Pfizer dan Merck dapat habis pada akhir musim panas jika persediaan tidak segera diperbarui.